TB Tulang Belakang, Kenali Gejala Hindari Komplikasinya

TB tulang belakang, kenali gejalanya karena infeksi ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya.

Infeksi tuberkulosis atau TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini penyebab infeksi tuberkulosis (TB/TBC) yang biasanya mengenai paru-paru.

Namun di beberapa kasus infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui percikan (droplet) air liur penderita tuberkulosis yang bersin atau batuk.

Kemudian bakteri ini masuk ke dalam aliran darah dan menyebar di luar paru-paru, disebut dengan istilah tuberkulosis (TB) ekstrapulmoner.

Salah satu bentuk TB ekstrapulmoner adalah penyakit TB pada tulang belakang atau penyakit Pott atau dikenal juga dengan spondilitis TB.

Ironisnya, tulang belakang adalah lokasi infeksi TB tulang yang paling sering.

Infeksi Tuberkulosis dan Kualitas Hidup

Apabila infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis ini mengenai korpus vertebra (tulang belakang), maka timbul kerusakan sehingga tulang belakang tidak stabil dan gangguan struktur di sekitarnya.

Pasien dapat mengalami kelumpuhan akibat kompresi pada medula spinalis (tekanan atau terjepitnya saraf tulang belakang).

Kelumpuhan yang menetap (ireversibel) ini tentu dapat menurunkan kualitas hidup.

Penyakit TB pada tulang belakang ini dapat menimbulkan komplikasi yang tidak ringan, yaitu berupa tulang keropos (osteoporosis), nyeri kronik, dan keterbatasan nyeri sendi.

Apa Itu Penyakit TB pada Tulang Belakang?

Sebanyak 50% penderitanya mempunyai lesi di tulang belakang dan 10-45% diantaranya mengalami defisit atau kelainan neurologi.

Spondilitis TB atau TB pada tulang belakang dapat berasal dari infeksi langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder).

Primer berarti bakteri langsung menginfeksi korpus atau tulang belakang, sedangkan yang sekunder bila bakteri menyebar melalui aliran darah atau kelenjar getah bening dari lokasi infeksi menuju tempat lain ke tulang belakang.

Sebagian besar penyakit TB ini merupakan infeksi sekunder dari paru-paru, namun ada juga beberapa kasus yang merupakan infeksi primer.

Penyakit TB pada tulang belakang dapat dibagi berdasarkan 3 kategori:

  • Akut, bila keluhan masih ringan dan belum ada komplikasi
  • Kronik, keluhan semakin berat, mungkin sudah timbul gibus (benjolan di tulang belakang) sehingga tampak bungkuk
  • Neglected, keluhan semakin berat dan sudah mulai mengganggu kualitas hidup

Spondilitis TB adalah jenis TB yang sangat berbahaya karena dapat dikaitkan dengan kerusakan neurologis akibat kompresi struktur saraf yang berdekatan dan deformitas tulang belakang yang signifikan.

Kerusakan neurologis yang tampak adalah paraplegia (kelumpuhan).

Pada tahap awal, TB tulang belakang sulit didiagnosis karena tanpa nyeri, atau pada penderitanya tidak menimbulkan gejala apapun.

Gejala Umum Pada Pasien TB Tulang Belakang

Ketika terdiagnosis, biasanya sudah dalam kondisi lanjut. Terkadang penyakit ini bersifat dorman atau ‘tidur’ di paru-paru dan sudah menyebar tanpa penderitanya tahu terkena penyakit ini.

TB tulang belakang bisa lumpuh

TB  tulang belakang, kenali gejalanya:

  • Nyeri sendi
  • Nyeri punggung
  • Merasa tidak nyaman di area dada
  • Nyeri di area pergelangan tangan
  • Bengkak
  • Kaku sendi
  • Terdapat nanah/abses di ruas tulang belakang
  • Benjolan di tulang belakang
  • Kerusakan pada bantalan sendi ruas tulang belakang
  • Komplikasi neurologis
  • Paraplegia/paralisis/kelumpuhan
  • Kelainan bentuk (deformitas) tulang
  • Tungkai yang memendek pada anak
  • Pembengkakan jaringan lunak
  • Kelainan bentuk struktur tulang

TB tulang belakang, kenali gejalanya yang kadang disertai dengan gejala umum TBC antara lain:

  • Fatigue
  • Demam
  • Keringat di malam hari
  • Turunnya berat badan
  • Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk darah
  • Sesak napas
  • Nafsu makan menurun

Kenali Penyakit TB Tulang Belakang

Kerusakan tulang belakang akibat TB yang progresif dapat menyebabkan kifosis (kelainan lengkungan tulang belakang dan tampak membungkuk), dan penyempitan rongga tulang belakang.

Kondisi selanjutnya dapat menekan saraf di area tulang belakang sehingga menimbulkan nyeri disertai defisit neurologis pada pasien.

Tuberkulosis tulang (atau juga disebut spondilitis tuberkulosa) ini mendapatkan sebaran dari paru ke diskus ruas tulang belakang yang berdekatan melalui aliran darah.

Tempat yang biasanya menjadi sasaran TB adalah ruas tulang T10 (sekitar 40-50% kasus) hingga L1 (sekitar 35-45% kasus), dan leher sekitar 10%.

Namun TB tulang dapat menyerang hampir semua tulang tetapi yang paling sering terjadi adalah pada tulang belakang, pinggul, lutut, kaki, siku, tangan dan bahu.

Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan sendi yang mobile lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian yang lain.

Gejala lokal sesuai dengan lokasi tulang belakang yang terkena. Pada ruas tulang leher (servikal), menimbulkan kaku leher, yang menjalar hingga lengan.

Kadang terjadi deformitas, lordosis-normal, kelumpuhan/paralisis lengan diikuti oleh paralisis tungkai.

Jika bantalan ruas tulang ini terinfeksi, maka jarak kedua ruas tulang belakang akan menyempit bahkan menempel.

Tulang belakang pun akan kehilangan kelenturannya dan rusak karena tidak mendapatkan asupan nutrisi. Seseorang yang mengalami kondisi ini bisa menjadi sulit untuk bergerak.

Pada kedua ruas tulang belakang yang saling menempel akibat kerusakan pada diskus, sel-sel yang mati akan terakumulasi sehingga membentuk sebuah abses, atau disebut sebagai gibus. Gibus ini akan membuat punggung terlihat bungkuk, seperti ada sesuatu yang menonjol.

Gejala Neurologik

TB tulang belakang sebabkan kelumpuhan

Penyakit TB pada tulang belakang

Gejala neurologik juga bisa terjadi akibat subluksasi/pergeseran tulang belakang, penekanan medula spinalis atau radiks.

Kerusakan saraf akibat TB tulang belakang ini dia gejalanya yang dapat terjadi akibat cedera pada tulang belakang, otak, maupun saraf perifer yang disebabkan oleh faktor luar, seperti trauma, ketidakseimbangan oksigen, atau penyakit tertentu.

Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan saraf terjepit, nekrosis, kompresi, atau ruptur sehingga mengalami kerusakan.

Bila terjadi gangguan neurologis, derajat kerusakan kelumpuhan (paraplegia) dapat dibedakan menjadi:

  • Derajat 1, kelemahan pada anggota gerak bawah setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensorik.
  • Derajat 2, kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.
  • Derajat 3, kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/ aktivitas penderita serta hipoestesia/anestesia.
  • Derajat 4, gangguan saraf sensorik dan motorik disertai gangguan buang air kecil dan buang air besar

Pada servikal (ruas tulang leher) bawah dan torakal (ruas tulang dada) atas dapat timbul kifosis, dan abses retrofaringeal, supraklavikular dan mediastinal namun jarang menyebabkan gangguan saraf spinal. Bila terjadi penekanan saraf simpatis, akan timbul sindrom Horner dan kaku leher.

Pemeriksaan Penunjang dan Penanganan TB pada Tulang Belakang

Penyakit TB pada tulang belakang dapat diketahui melalui beberapa pemeriksaan, yang meliputi pemeriksaan fisik, riwayat penyakit sebelumnya (tuberkulosis), serta beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologi tulang belakang.

Hasil pemeriksaan laboratorium:

  • Laju endap darah (LED) meningkat
  • Tes Mantoux positif

Hasil radiologis:

  • Hasil rontgen bisa memperlihatkan adanya kerusakan (destruksi tulang belakang dan penyempitan ruas tulang belakang).
  • Hasil MRI dapat memperlihatkan adanya kompresi saraf tulang belakang dan dapat menunjukkan beberapa perbedaan di tahap awal serta abses di ruas tulang belakang.
  • Biopsi dari tulang atau jaringan sinovial, mungkin diperlukan.

Prinsip pemeriksaan penunjang penyakit TB pada tulang belakang adalah observasi kerusakan struktur (dengan pencitraan dan histopatologi) dan melihat dampak sistemik (pemeriksaan laboratorium, biomolekuler, dan mikrobiologi).

Penanganan penyakit TB pada tulang belakang (spondylitis tuberculosis) perlu dilakukan secara multidisiplin.

Pengobatan awal dimulai dengan obat antituberkulosis.

Stabilisasi tulang belakang juga dapat dipertimbangkan untuk membantu mencegah komplikasi neurologis akibat adanya kerusakan struktur pada tulang belakang.

Langkah penanganan yang nanti akan dilakukan bergantung juga pada beberapa gejala berikut:

  • Kerusakan anatomi tulang yang cukup berat
  • Ukuran abses semakin besar
  • Kegagalan pengobatan sebelumnya
  • Adanya deformitas tulang belakang
  • Masalah neurologis yang berat
  • Nyeri berat

Langkah debridement bisa dilakukan. Debridement ini dilakukan untuk membuang jaringan mati (seperti nanah/abses).

Teknologi Minimally Invasive

Kini teknologi minimally invasive spine surgery (MISS) sudah semakin berkembang, salah satunya adalah Minimally Invasive Spine Surgery (MISS) atau pendekatan operasi invasi minimal.

Teknologi MISS salah satunya adalah dengan endoskopi PELD (percutaneous endoscopic lumbar discectomy) untuk mengatasi nyeri akibat saraf terjepit.

Manfaat teknologi ini pemulihan lebih cepat, tidak perlu rawat inap, bekas luka minimal dan berlangsung sekitar 45 menit.

Kerusakan akibat penyakit ini dapat bersifat reversibel ketika diobati pada stadium awal dengan rejimen obat yang tepat.

Obat-obatan lini pertama untuk TB tulang, dan waktu yang diperlukan berkisar 6-18 bulan. Obat-obat tersebut adalah rifampicin, etambutol, isoniazid dan pirasinamid.

Lakukan juga tindakan pencegahan antara lain berhenti merokok, tidak minum alkohol, kurangi atau hentikan kebiasaan makanan gorengan atau makanan yang tinggi kandungan lemak. Selalu makan makanan bergizi.

Masalah neurologis dapat dicegah dengan ditemukannya secara dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah terjadinya paralisis (kelumpuhan) dan meminimalisasi kecacatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No.34, RT.7/RW.5, Kalibata, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740

Informasi dan Pendaftaran

Informasi dan Pendaftaran

021-7919-6999

registrasi@lamina.co.id

Pendaftaran Online

Pendaftaran Online

Segera Klik Disini

Jadwal Praktik


Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS

Senin   : 13:00 - Selesai
Rabu    : 13:00 - Selesai
Jumat  : 13:00 - Selesai


Dr. Bismo Nugroho, SpBS

Rabu    : 14:30 - 17:00
Kamis  : 14:00 - 17:00


Dr. Victorio, SpBS, FINPS

Selasa  : 17:00 - 20:00
Sabtu    : 16:00 - 18:00


Dr. Faisal, M.Ked (Neurosurg), Sp.BS

Senin    : 10:00 - 13:00
Selasa   : 10:00 - 13:00
Rabu     : 10:00 - 13:00
Kamis   : 10:00 - 13:00
Jumat   : 10:00 - 13:00


Prof. dr. Darto Satoto, SpAn, KAR

Selasa   : 10:00 - 16:00
Kamis   : 10:00 - 16:00


Dr. Nelfidayani, SpKFR

Selasa   : 16:00 - 20:00
Kamis   : 16:00 - 20:00
Sabtu    : 16:00 - 20:00


Dr. Rifalisanto, SpKFR

Senin   : 10:00 - 15:00
Rabu     : 10:00 - 14:00
Jumat  : 10:00 - 12:00


dr. Ratih Puspa, Sp.N

Selasa     : 17:00 - 20:00
Kamis     : 17:00 - 20:00