JAKARTA — Nyeri punggung dan leher menyerang pria dan wanita dari berbagai usia tanpa perbedaan ras dan status sosial ekonomi. Nyeri punggung sangat biasa terjadi, bahkan diidentifikasikan sebagai salah satu penyebab disabilitas di dunia, menurut American Chiropractic Association.
“Proses terjadinya nyeri sangat rumit dan melibatkan banyak faktor. Pada nyeri akut, mula-mula jaringan yang rusak melepaskan zat-zat kimiawi yang mengaktifkan reseptor nyeri dan mencetuskan terbentuknya sinyal-sinyal nyeri. Sinyal nyeri ini kemudian dihantarkan ke sepanjang saraf melalui saraf tulang belakang menuju otak.” kata Dr Mahdian Nur Nasution SpBS, dari Lamina Pain and Spine Center Jakarta.
Bisa dikatakan sekali dalam seumur hidup tiap orang pernah merasakan nyeri punggung dan leher. Uniknya banyak pengidap yang memilih untuk menahan nyeri selama bertahun-tahun dan bukan segera mencari pertolongan dokter.
“Padahal nyeri demikian bisa menurunkan kualitas hidup seseorang, mengurangi mobilitas dan menghambat aktivitas sehari-hari,” kata Dr Mahdian Nur Nasution, SpBS ahli masalah nyeri dan saraf tulang belakang dari Klinik Lamina Pain and Spine Center.
Nyeri Punggung dan Leher, Kondisi Medis Serius
Banyak yang mengira bahwa masalah nyeri punggung adalah sekadar perkara ketidaknyamanan dalam hidup saja. Bukan masalah medis serius. Namun seperti dicatat oleh Steve Mayer, ahli masalah punggung dari Mountain Star Comprehensive Spine Center, ternyata banyak pasien nyeri punggung dan leher yang kondisinya jadi sangat kronis dan melemahkan akibat pengabaian tersebut.
Lebih jauh, penelitian di Swedia yang dipublikasikan National Institutes of Health (NIH) menyimpulkan pada 4 juta masyarakat, “Ada peningkatan angka kematian dini pada pria dan wanita karena masalah muskoloskeletal, yang menyangkut masalah nyeri punggung dan leher,” kata Mayer.
Sementara itu penelitian di Spanyol menemukan, mereka yang melaporkan nyeri terus menerus di leher dan punggung bawah, 44 persen cenderung lebih sering absen tidak masuk kerja/ sekolah 30 hari di tahun lalu dibanding mereka yang tak punya keluhan ini.
Menurut Dr Mahdian, penggunaan obat anti nyeri, seperti opioid, umum dijumpai dalam terapi nyeri. Sayangnya terapi nyeri dengan menggunakan obat berpotensi menyebabkan ketergantungan obat anti nyeri, terutama mereka yang mendapat obat golongan opioid.
Nyeri Punggung dan Leher dari Berbagai Sebab
Tingginya jumlah pengidap nyeri leher dan punggung ini mengindikasikan betapa seriusnya masalah yang mendunia ini. Padahal alternatif terapi juga banyak, walau tak semuanya mudah.
Berbagai teknologi medis yang canggih seperti yang ada di Lamina, saat pemeriksaan penyebab utama harus ditemukan untuk mendapatkan pengobatan dan tindakan paling tepat. Meski penyebab sakit punggung bisa sangat beragam dan tak mudah untuk diketahui, tapi bukan tak mungkin dilakukan.
Misalnya saja salah satu pasien yang mengeluhkan nyeri punggung mungkin keluhannya berasal dari banyak sumber, dengan satu sumber lebih serius dibanding sumber masalah nyeri lainnya.
“Dokter bertugas mengevaluasi secara teliti kondisi pasien dan mendiagnosis apa saja penyebab nyeri dan memberikan solusinya,” kata Mayer. “Kadang menemukan penanganan yang tepat atau kombinasi penanganan yang tepat sangat dibutuhkan untuk memulai proses pemulihan.”
Nyeri Punggung dan Leher, Ada Banyak Pilihan terapi
Teknologi diagnostik semakin berkembang dengan tingkat akurasi memuaskan, demikian pula dengan teknologi untuk penanganan nyeri. Pilihan solusinya sangat terkait dengan kondisi pasien, tingkat keparahan dan karakter spesifik pasien.
Selain penanganan dengan teknologi terkini, gaya hidup juga berkontribusi besar dalam percepatan pemulihan. Misalnya mengubah cara duduk, berdiri, kebiasaan mengangkat beban berat, dan sebagainya.
Berikut beberapa penyebab umum nyeri leher dan punggung dan solusinya :
- Postur yang buruk
Kebiasaan seseorang duduk atau berdiri, membuat jaringan lunak tertarik dan mengalami ketegangan otot. Solusinya, biasakan melakukan peregangan sebelum aktivitas fisik dan postur yang benar sesuai sifat alami tubuh.Lakukan latihan penguatan otot perut, bokong dan punggung. Hindari kebiasaan berdiri dengan satu kaki, membungkuk saat mengetik, dan sebaiknya pasang layar komputer Anda dengan arah layar sejajar dengan dengan mata. - Bantal dan posisi tidur
Bantal terlalu tebal atau rata akan menyebabkan Anda tidur dalam posisi tidak nyaman. Bantal seharusnya memposisikan kepala Anda dalam posisi yang sehat dan netral.Tidur tengkurap adalah penyebab lain sakit leher malam hari. Ketika Anda tidur tengkurap, Anda harus memiringkan kepala dan leher ke samping, yang dapat menekan saraf. Tidur miring dapat membantu Anda bangun tanpa rasa sakit. - Waspada arthritis
Terkadang, sakit leher bisa disebabkan oleh arthritis. Ini adalah kondisi kronis yang memerlukan perawatan dari dokter. Penelitian menunjukkan orang yang terkena rheumatoid arthritis memiliki lebih banyak masalah tidur daripada orang dewasa yang sehat. - Cedera
Nyeri leher dan punggung mungkin terkait dengan cedera olahraga atau trauma fisik. Cidera olahraga seringkali merupakan hasil dari penggunaan yang berlebihan, teknik yang tidak tepat, kurangnya peregangan dan trauma.Whiplash adalah trauma lainnya yang dapat menyebabkan sakit leher atau punggung. Ini terjadi sebagai akibat gerakan kepala mencambuk maju atau mundur tiba-tiba (seperti dalam kecelakaan mobil). Gejala whiplash mungkin tidak jelas sampai satu hari atau lebih setelah trauma.
Kapan Gejala Jadi Sesuatu yang Serius
Ada banyak sumber penelitian tentang nyeri leher dan punggung yang hanya bisa didiagnosis oleh seorang dokter. Dokter mungkin akan meneliti apakah nyeri yang Anda rasakan semakin lama semakin parah dan tak ada perbaikan. Apakah pengobatan yang dilakukan memberikan perbaikan atai tidak? Apakah Anda masih merasakan rasa kesemutan dan kebas?
Ketika rasa sakit mulai, itu mungkin melibatkan kekakuan, sakit kepala, pusing, kelelahan atau sakit bahu, tetapi karena itu merupakan cedera pada jaringan lunak, itu tidak dapat dilihat pada sinar-X standar. Edukasi adalah langkah pertama untuk pencegahan dan penanganan cedera olahraga yang berhubungan dengan nyeri leher dan punggung.
“Saya punya pengalaman bekerja sama dengan para ahli bedah, saya sangat mengenali isyarat bahaya saat pemeriksaan,” kata Mayer. Tanda bahaya itu misalnya pembedahan yang diperlukan pada saraf yang terjepit atau ketidakseimbangan tulang belakang,” kata Mayer.
Bahkan meski pasien mengalami nyeri yang kronis, nyeri yang berat dan menunjukkan adanya kerusakan saraf, belum tentu pembedahan diperlukan.
Perbincangan pasien dan dokter selalu diperlukan dalam penanganan yang minimal invasif sebelum akhirnya memutuskan untuk menjalani prosedur yang lebih invasif.
Intinya konsultasi dengan dokter sangat penting untuk mengumpulkan informasi dari berbagai pengujian sebagai bahan diskusi antar pasien dan dokter. Menemukan inti masalah sangat penting agar lebih fokus menentukan solusinya. (***)