Ada persepsi yang salah pada sebagian orang yang menganggap dunia medis di luar negeri selalu lebih baik dari Indonesia. Padahal tak selalu demikian. Pada beberapa kasus setelah sempat melanglang buana mencari pengobatan syaraf kejepit. Akhirnya kesembuhan malah di dapat di tanah air di tangan dokter ahli asal Indonesia pula dengan metode PELD.
Itu terjadi pada Nanang Samodra, anggota DPR-RI dari Fraksi Partai Demokrat yang didiagnosis mengidap Herniated Nucleus Pulposus (HNP) atau saraf kejepit sejak beberapa tahun lalu. Perjalanan Nanang mencari kesembuhan cukup panjang dan tidaklah mudah. Beliau bahkan sempat berburu pengobatan sampai ke Penang Malaysia dan China. “Untuk mengetahui metode pengobatan mereka,” kata Nanang.
Untuk satu dan lain hal menurut Nanang, pengobatan di kedua negara tersebut tidak masuk logikanya. Nanang sempat pula mencoba menahan rasa nyerinya dengan terapi akupunktur meski akhirnya nyerinya datang lagi.
‘Petualangan’ Nanang mencari kesembuhan mulai membuahkan hasil saat dia berselancar di internet dan menemukan Arfa Pain and Spine Center, RS Meilia Cibubur, Depok yang sejak 19 Februari 2019 berganti nama menjadi Lamina Pain and Spine Center. Dibawah komando dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, Nanang kemudian menjalani prosedur Percutaneous Endoscopy Lumbar Discectomy (PELD).
Tentang Penanganan HNP dengan PELD
Menurut Dr Mahdian, HNP alias herniasi diskus atau saraf terjepit bantalan di antara ruas tulang belakang yang meleset atau pecah dari posisi semestinya seperti yang Nanang alami adalah penyebab utama keluhan nyeri pinggang dan sciatica.
Untungnya perkembangan teknologi medis dunia yang telah semakin maju, ini juga yang ada pada tim Klinik Lamina itu telah mengalami evolusi. Dulu kasus seperti ini mungkin harus dengan pembedahan terbuka (laminektomi) dengan sayatan bisa mencapai 5-10 centimeter. Dengan teknologi terbaru Endoskopi PELD yang tergolong bedah minimal invasif, sayatan hanya perlu 5-7 milimeter saja.
Sayatan yang minimalis bukan hanya menguntungkan dari segi penampilan. “Tapi juga berarti lebih minim risiko komplikasi, mulai dari perdarahan, kelumpuhan, kerusakan saraf dan jaringan. Semuanya lebih minimal. Prosedurnya juga hanya perlu waktu 30-60 menit saja,” kata Dr Mahdian.
Berbagai literatur medis menyimpulkan karena sayatan yang mungil pula pasien jadi lebih cepat pulih, anastesi lokal yang aman, dan yang terpenting pasien tidak memerlukan rawat inap. Tak heran prosedur Endoskopi PELD sangat tepat bagi mereka yang takut menjalani operasi terbuka.
Untuk urusan Endoskopi PELD untuk HNP, Dr. Mahdian menjadi dokter Indonesia paling banyak melakukan prosedur ini dan sukses. Bahkan hingga 23 Oktober 2018, tercatat Dr. Mahdian sudah melakukan sebanyak 170 tindakan Endoskopi PELD. “Ini juga yang membuat yakin para pasien melakukan tindakan endoskopi PELD untuk saraf terjepit,” kata dokter Mahdian menjelaskan.
“Tinggal menunggu waktu, tindakan Endoskopi PELD tidak menutup kemungkinan sebagai gold standart terapi pada kasus saraf terjepit akibat penojolan atau pecahnya bantalan sendi tulang belakang,” kata Dr. Mahdian.
Profesionalitas Mengalahkan Keraguan
Saat menemukan Klinik Lamina Nanang dan Titin Nanang Samodra, istrinya tak langsung membuat keputusan. Ada terbersit keraguan dalam hatinya. “Kok settingnya klinik ya? Khawatir pelayanan tidak professional, belum lagi spanduk lain yang menempel di depan klinik yang bermacam-macam,” kata Nanang Samodra mengenang.
Keraguan Nanang mulai pupus saat melihat berbagai video dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang. “Ternyata pelayanannya sangat profesional, perawat dan customer servicenya ramah demikian juga pelayanannya,” Nanang menjelaskan. Bahkan kini di Klinik Lamina Pain and Spine Center, RS. Meilia, tak ada istilah antrian. Karena tiap pasien akan dilayani secara khusus oleh Patient Relation Officer (PRO) yang akan mengurus semua kebutuhan administrasi sampai Anda bertemu dengan dokter untuk konsultasi dan penanganan.
Semua proses pengobatan Nanang berjalan cepat dan mulus. Pasca tindakan Endoskopi PELD pun, nyeri berangsur hilang. “Kebas di kaki kanan dan nyerinya hilang sama sekali,” Nanang Samodra menjelaskan. Jikapun ada sedikit nyeri usai tindakan, intensitasnya hanya 25% saja.
Pengakuan Nanang sebagai pihak pertama yang merasakan sensasi dari mulai rasa sakit, menjalani Endoskopi PELD hingga akhirnya sembuh total oleh istrinya Titin Nanang Samodra. “Kesehatannya semakin membaik, cara berjalannya tak lagi miring tapi tegak seperti orang umumnya. Berjalan jauhpun sudah tanpa keluhan. Kini jika berada di lift tidak lahi perlu mencari sandaran,” kata Titin.
Nanang sendiri berharap, penderita HNP seperti dirinya tak perlu lagi takut dengan tindakan Endoskopi PELD. Karena tak hanya kondisinya kini lebih baik, segala ketakutan bahwa tindakan untuk saraf kejepit bisa berisiko kelumpuhan, impotensi, dan perburukan pasca tindakan bedah minimal invasif tulang belakang, yang ditakutkan banyak orang kini terbantahkan.
PELD Pertama di Lamina Pain and Spine Center
Anda mengalami keluhan dan kondisi seperti Nanang Samodra? Ingin mendapat informasi lebih banyak seputar Endoskopi PELD? Anda bisa melakukan konsultasi via WhatsApp di nomor yang tertera di halaman ini. Informasi seputar kesehatan saraf dan tulang belakang sampai pembuatan janji untuk konsultasi dengan dokter di Klinik Lamina di RS. Meilia, Mampang Prapatan dan RS. Bunda Menteng bisa Anda lakukan sekaligus dari nomer tersebut. (***)