Radio Frekuensi Teknologi Atasi Nyeri Pada Tulang Belakang Dan Wajah

Nyeri pada tulang belakang bisa berasal dari sendi facet pada lumbar (pinggang), sacroiliac joint, bantalan sendi ruas tulang belakang (nyeri diskogenik) dan tulang ekor. Walau definisi nyeri tulang belakang kronik belum ada standarnya, nyeri ini biasanya diartikan nyeri yang menetap kurang lebih selama 3 bulan. Sedangkan dikatakan nyeri akut bila dirasakan kurang dari 3 bulan. Hal ini tertulis dalam jurnal Pain Research and Management (Laura EL dkk, 2014). Salah satu terapi atasi nyeri saat ini adalah dengan teknologi radio frekuensi ablasi.

 

Penanganan konservatif untuk nyeri kronik berupa obat-obatan, manual therapy (pijat, fisioterapi, manipulasi spinal). Latihan tertentu (aerobik, penguatan otot) dan edukasi atau psikologis berupa cognitive behavioral therapy. Namun bila terapi-terapi tersebut tidak membuahkan hasil, kini terdapat metode terbaru, seperti injeksi steroid, nerve block, radio frekuensi ablasi (RFA).

Memahami Radio Frekuensi

Radio frekuensi ablasi merupakan prosedur minimally invasive menggunakan arus listrik untuk memanaskan area tertentu pada jaringan saraf. Tindakan ini  berguna menghentikan mengirimkan sinyal rasa nyeri ke otak. Radio frekuensi ablasi dapat bermanfaat pada nyeri kronis terutama di tulang belakang, leher dan nyeri pada wajah/ trigeminal neuralgia.

Menurut riset terbaru, pilihan teknik radio frekuensi ablasi ini secara efektif dan risiko minimal dapat meredakan atau menghilangkan nyeri akibat nyeri punggung bawah yang sudah tidak respon terhadap penanganan konservatif.

Teknologi radio frekuensi

Teknologi radio frekuensi

Kepala studi terbaru, dr Alesandro Napoli dari Universitas Sapienza (Italy) mengatakan. Radio frekuensi ablasi ini menghasilkan modulasi saraf yang secara signifikan membantu mengurangi inflamasi dan gejala-gejala yang menyertainya.

Di antara pilihan obat-obatan, dokter akan memberikan muscle relaxants. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS), dan steroid untuk membantu mengatasi inflamasi, begitu juga dengan suntikan kortikosteroid. Penanganan yang lain bisa mencakup terapi fisik, pijat, latihan peregangan, dan dalam kasus yang berat mungkin tindakan bedah menjadi pilihannya.

Radio frekuensi ablasi merupakan prosedur minimal invasive dengan mengaplikasikan energi langsung ke akar saraf di dekat tulang belakang, yang berperan dalam mengirimkan sinyal rasa nyeri. Studi terbaru ini menguji peran radio frekuensi dalam mengurangi nyeri akibat herniasi bantalan tulang dan sciatica. Herniasi ini bisa terjadi saat bantalan sendi menonjol keluar melalui robekan.  Sehingga menimbulkan gejala nyeri di punggung bawah, panggul dan sebagian dari kaki.

“Diharapkan dengan radio frekuensi akan membantu mengatasi inflamasi sehingga nyeri menghilang, dan bila diperlukan dibantu dengan teknik relaksasi otot-ototnya sehingga jarak antara tulang belakang akan kembali normal,” jelas dr Napoli.

Studi

Sebagian besar pasien dalam studi tersebut merasakan nyeri menghilang setelah radio frekuensi ablasi, namun memang bergantung dari penyebab dan lokasi nyeri itu sendiri. Hilangnya nyeri tersebut bervariasi dari 6 bulan hingga 12 bulan lamanya. Ada juga yang hingga bertahun-tahun.

Selain itu, RFA juga bermanfaat untuk menghilangkan nyeri pada ruas tulang belakang dan sendi perifer. Yang meliputi bahu, siku, pergelangan tangan, panggul, lutut dan pergelangan kaki.

Riset terdahulu menunjukkan dampak positif RFA terfokus pada nyeri akibat sendi facet pada area lumbar. Sedangkan beberapa studi klinis lainnya juga menunjukkan teknik ini juga dapat mengurangi besarnya taji tulang dan tumor. Kini RFA sudah menunjukkan keberhasilannya dalam membantu mengatasi gangguan kesehatan lainnya, seperti nyeri pada lengan, lutut, dan bahu.

Prosedur RFA sebenarnya sudah mulai dikembangkan pada tahun 1931 untuk menangani trigeminal neuralgia yang menyebabkan nyeri pada salah satu sisi wajah. Yang nyerinya dirasakan tajam dan intens akibat terjepitnya saraf trigeminal, dan berhasil.

Selama 15 tahun terakhir, popularitas terapi RFA ini telah meningkat di antara dokter dan pasien karena semakin banyak bukti yang berhasil menghilangkan rasa sakit. Beberapa studi menuliskan, nyeri yang disebabkan gangguan pada fungsi saraf dan diatasi dengan radio frekuensi. Menghilang dan bertahan lebih lama dibandingkan dengan terapi-terapi sebelumnya.

Radio Frekuensi Ablasi di Klinik Lamina

Teknologi RFA ini sudah banyak dilakukan di klinik ini. Menurut dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS selaku Direktur Utama Klinik Lamina,”Disini kami memiliki teknologi RFA yang bermanfaat dalam penanganan nyeri, baik yang disebabkan oleh saraf terjepit di ruas tulang leher, lumbar, maupun akibat nyeri wajah (trigeminal neuralgia).”

“Tingkat keberhasilan RF ini pada nyeri lumbar akibat saraf terjepit bisa mencapai sekitar 50-80%, sedangkan pada nyeri wajah, bisa mencapai 80-90%,” lanjut dr. Mahdian. Namun ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat keberhasilan ini, antara lain skill dokter yang melakukan, dan kronis tidaknya kondisi yang dialami pasien.

 

Dari beragam jurnal, keberhasilan RFA biasanya bergantung pada akurasi diagnosis, variasi struktur anatomi saraf, dan jenis teknik yang digunakan. Dari hasil riset-riset terdahulu, RF meredakan nyeri akibat sendi faset pada 45-60% pasien. Sedangkan nyeri pada sendi panggul, nyeri mereda pada 75-86% pasien.

Jika efektif, RF ini bisa membuat bebas nyeri dari 6 bulan hingga 2 tahun. “Bahkan pada nyeri wajah, RF ini bisa menghilangkan nyerinya dan bertahan hingga lama, namun bergantung pada derajat kerusakan dan penyebabnya.”(*Berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No.34, RT.7/RW.5, Kalibata, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740

Informasi dan Pendaftaran

Informasi dan Pendaftaran

021-7919-6999

registrasi@lamina.co.id

Pendaftaran Online

Pendaftaran Online

Segera Klik Disini