Wajah Umum Digunakan Tenaga Kesehatan Menghitung Skala Nyeri

Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri. Nyeri merupakan alarm adanya masalah pada tubuh, dapat disebabkan karena cedera, hingga tanda penyakit tertentu. Tingkat nyeri berbeda-beda satu orang dengan orang lainnya dapat juga disebabkan kondisi yang melatarbelakangi. Untuk membantu para tenaga kesehatan, penghitungan skala nyeri dari gambaran wajah dibuat dengan tujuan mencari penyebab, hingga kemungkinan terapi yang tepat pada kondisi nyeri.

Dalam dunia kedokteran, nyeri diketahui sebagai aktivitas sensorik dan emosional yang merupakan manifestasi proses patologis tubuh yang memberikan rangsang pada saraf atau kerusakan jaringan. Reaksi ini selanjutnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderitanya.

Dari derajatnya nyeri terbagi menjadi nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat. Sementara pada penyebab utamanya, nyeri dibagi berdasarkan jenis, penyebab, komplikasi, dan derajat nyeri.

 

Nyeri umumnya dirasakan di area tertentu tubuh, seperti lutut, punggung, dan pinggang. Nyeri juga dapat terjadi akibat kondisi kesehatan tertentu seperti fibromyalgia. Nyeri juga dapat menjalar ke seluruh bagian tubuh. Nyeri muncul karena mediasi serabut saraf yang selanjutnya mengirimkan rangsang ke otak.

Skala Nyeri Wajah

Untuk memudahkan diagnosis, para pakar membuat skala nyeri yang jenisnya beragam. Skala nyeri ada yang digambarkan dalam bentuk nilai angka, yakni 1-10. Berikut kriteria skala nyeri berdasarkan angka yang digunakan dokter atau tenaga medis.

  • Skala 0 : tidak terdapat nyeri
  • Skala 1 : nyeri sangat ringan
  • Skala 2 : nyeri ringan dengan sensasi seperti di cubit, tidak terlalu menyakitkan
  • Skala 3 : nyeri terasa mengganggu, pada sebagian besar orang masih bisa di toleransi
  • Skala 4 : nyeri cukup mengganggu, dan memberikan rasa tidak nyaman hingga sulit berkonsentrasi seperti toh sakit gigi
  • Skala 5 : nyeri benar-benar mengganggu dengan ketidaknyamanan sehingga tidak bisa didiamkan dalam waktu lama
  • Skala 6 : nyeri yang dirasakan pasien mengganggu indera, terutama penglihatan
  • Skala 7 : nyeri membuat penderitanya tidak bisa melakukan aktivitas
  • Skala 8 : nyeri membuat penderitanya tidak bisa berpikir jernih, hingga terjadi perubahan perilaku
  • Skala 9 : nyeri mengakibatkan penderita menjerit-jerit dan menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri yang dialami
  • Skala 10 : nyeri berada di tahap yang paling berat hingga terkadang membuat penderitanya tidak sadarkan diri

Cara Menghitung Skala Nyeri Wajah

Skala nyeri wajah membantu tenaga medis mendiagnosis penyakit, menentukan metode pengobatan, hingga menganalisis efektivitas dari pengobatan. Dalam dunia medis, terdapat banyak metode penghitungan. Berikut ini beberapa cara penghitungan skala nyeri umum digunakan, diantaranya :

1. Visual Analog Scale

Visual Analog Scale atau sering disebut VAS merupakan cara penghitungan nyeri yang paling banyak digunakan tenaga kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. VAS merupakan skala linier yang menunjukan gradasi tingkatan nyeri yang dialami pasien.

Metode VAS, ditunjukkan berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri berat. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa ditunjukkan dengan indikator reda nya rasa nyeri.

VAS merupakan cara penghitungan skala nyeri wajah yang mudah. Hanya saja metode ini tidak dianjurkan digunakan sebagai analisis rasa nyeri pada pasien paska tindakan pembedahan. Karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi dalam penilaian nya.

2 Verbal Rating Scale

Verbal rating scale atau dikenal juga sebagai VRS mirip dengan VAS. Hanya saja pernyataan verbal dari rasa nyeri yang dialami pasien menjadi tolok ukur nya. VRS baik digunakan pasien pasca tindakan operasi, ini disebabkan prosedur penilaian tidak bergantung pada koordinasi motorik dan visual.

3 Numeric Rating Scale

Numeric rating scale atau dikenal sebagai NRS didasari pada skala angka dengan nilai 1-10 yang menggambarkan kualitas nyeri yang dialami pasien. Metode penilaian skala nyeri NRS diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga digadang-gadang lebih efektif mendeteksi penyebab nyeri akut dibandingkan pengukuran skala nyeri VAS dan VRS.

 

Meski demikian NRS juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pernyataan spesifik terkait tingkatan nyeri yang dialami pasien. Hal ini selanjutnya membuat tingkat keparahan nyeri yang dialami pasien tidak dapat diidentifikasi secara pasti.

4 Wong-Baker Pain Rating Scale Untuk Skala Nyeri Wajah Pasien

Skala nyeri wajah

Skala nyeri wajah

Wong-Baker Pain Rating Scale merupakan metode penghitungan skala nyeri yang ditemukan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri ini terus mengalami perkembangan. Wong-Baker pain rating scale digunakan dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan nyeri.

Pada prosedur penilaian, dokter akan meminta pasien memilih wajah paling menggambarkan rasa sakit yang sedang dialami. Gambaran skala nyeri dibagi dalam 6 tingkat, diantaranya;

  • Raut wajah 1 : tidak ada nyeri yang dirasakan
  • Raut wajah 2 : sedikit rasa nyeri
  • Raut wajah 3 : nyeri mulai mengganggu
  • Raut wajah 4 : nyeri lumayan parah
  • Raut wajah 5 : nyeri berat
  • Raut wajah 6 : nyeri sangat berat

5. McGill Pain Questinonnaire

Penghitungan skala nyeri lain yang juga digunakan tenaga medis adalah McGill Pain Questinnaire atau sering disebut sebagai MPQ. MPQ merupakan cara evaluasi nyeri yang ditemukan oleh Torgerson dan Melzack dari Universitas Mcgill pada sekitar tahun 1971. Seperti namanya, prosedur MPQ akan memberikan kuesioner kepada pasien. Kuesioner ini berisikan kategori atau kelompok rasa tidak nyaman yang dialami pasien.

 

Terdapat 20 kelompok skala nyeri, yang masing-masing terdiri dari sejumlah kata sifat (adjektiva). Pada proses evelauasi pasien diminta memilih kata-kata yang paling menggambarkan kondisinya saat itu.

  • Kelompok 1-10, menggambarkan kualitas sensorik dari nyeri. Gejala yang masuk dalam kelompok ini meliputi: berdenyut, menusuk, panas, kesemutan, gatal, perih, kram, dan tercabik.
  • Kelompok 11-15, menggambarkan efektivitas nyeri, yang meliputi : melelahkan, memuakkan, menakutkan, celaka, kejam, membunuh.
  • Kelompok 16, pada kelompok ini kata sifat yang digunakan lebih ke dimensi evaluasi, yang meliputi: rasa menjengkelkan, menyusahkan, menyengsarakan, rasa tidak tertahankan.
  • Kelompok 17-20, pada kelompok ini berisi kata-kata yang sifatnya spesifik, seperti: menyiksa, mengerikan, dingin, memancarkan, hingga rasa seperti ditembus.

Lazimnya tenaga kesehatan meminta pasien memilih tiga kata dari kelompok 1-10, dua kata dari kelompok 11-15, satu katan dari kelompok 16, dan satu kata dari kelompok 17-20. Setelah didapatkan, tenaga medis selanjutnya menjumlahkan kata-kata yang dipilih pasien sehingga mendapatkan angka tertentu, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan skala nyeri pasien.

6 Oswetry Disability Index

Diperkenalkan oleh Jeremy Fairbank pada tahun 1980. Oswetry Disability Index atau sering disebut ODI merupakan metode deteksi nyeri yang bertujuan mengukur derajat kecacatan. Dengan penilaian tambahan pada indeks kualitas hidup pasien penderita nyeri, khususnya nyeri pinggang.

Baca juga : Nyeri wajah trigeminal neuralgia

Implementasi penilaian ODI, pasien akan diminta melakukan serangkaian test guna mengidentifikasi intensitas nyeri, kemampuan motorik, kemampuan berjalan, duduk, fungsi seksual, kualitas tidur, hingga aktivitas harian. Setelah evaluasi dilakukan dokter akan mengetahui skala nyeri dan memastikan penyebab utama nyeri yang dialami pasien.

7 Brief Pain Inventory

Brief pain inventory awalnya digunakan untuk menghitung skala nyeri pada penderita kanker. Namun, saat ini BPI berkembang dan telah digunakan untuk menilai derajat nyeri pasien dengan nyeri kronik.

8 Memorial Pain Assessment Card

Memorial Pain Assessment Card merupakan metode lain dalam penghitungan skala nyeri wajah pada pasien. Metode ini dinilai cukup efektif, utamanya pada pasien dengan nyeri kronik. Dalam penggunaannya Memorial Pain Assessment Card atau disebut MPAC, menitikberatkan pada empat substansi, yakni intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri, dan mood.

Seperti diketahui skala nyeri sifatnya subjektif. Pasien bisa saja berpendapat bahwa nyeri yang sedang dirasakan masuk ke dalam kelompok nyeri berat, tapi kemungkinan penilaian dokter atau tenaga medis lain. Konsultasi dengan dokter berpengalaman tentang nyeri sangat dianjurkan seperti di Lamina Pain and Spine Center.

9 Categorical scales

Categorical scales merupakan penilaian skala nyeri lain yang digunakan oleh tenaga medis. Categorical scales mengelompokan rasa nyeri pasien menjadi beberapa kategori, diantaranya:

  • Tidak nyeri
  • Nyeri ringan
  • Nyeri sedang
  • Nyeri berat
  • Sangat nyeri
  • Sangat amat sakit

Saat evaluasi nyeri dilakukan pada anak-anak. Pembagian kategori dapat diubah menjadi kata-kata yang lebih mudah dicerna dan dibubuhi gambar ekspresi wajah yang sesuai untuk memudahkan penilaian.

10 Intial pain assessment tool

Skala nyeri ini umum digunakan pada pemeriksaan awal dan termasuk skala nyeri multidimensional. Dengan kata lain, initial pain assessment tool tidak hanya mengukur rasa sakit dalam angka. Juga lokasi dan penjelasan lain yang lebih detail yang dirasakan oleh pasien.

11 Mankoski pain scale

Mankoski pain scale merupakan cara evaluasi skala nyeri wajah yang sering dilakukan pada pasien. Pengukuran dilakukan pada pasien, dengan cara pasien memilih angka 0-10. Perbedaan dari skala nyeri ini dengan skala nyeri lain adalah pada setiap angka memiliki penjelasan yang jauh lebih detail.

 

Sebagai contoh, saat pasien memilih nilai 5 di paparkan juga bahwa rasa nyeri pada pasien tidak bisa ditahan lebih dari 30 menit, dan pasien membutuhkan obat pereda nyeri jenis tertentu.

12 CRIES Scale

CRIES scale merupakan cara menilai rasa sakit dari tangisan, kadar oksigen, tanda vital, ekspresi wajah, dan kualitas tidur pasien. Skala nyeri wajah ini sering digunakan untuk mengukur nyeri pada bayi di bawah enam bulan atau pada bayi baru lahir. Pengukuran cries umumnya dilakukan dokter anak.

Orang tua pasien atau pasien, akan mendapatkan kertas berisi gambar tubuh dan diminta menunjuk area yang terasa nyeri. Terakhir, pasien akan diminta menuliskan hal lain yang dirasakan akibat dari nyeri yang dialami.

Tinggalkan Balasan

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No.34, RT.7/RW.5, Kalibata, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740

Informasi dan Pendaftaran

Informasi dan Pendaftaran

021-7919-6999

registrasi@lamina.co.id

Pendaftaran Online

Pendaftaran Online

Segera Klik Disini