Syaraf kejepit atau dikenal dengan sebutan HNP menjadi penyebab nyeri pada pinggang. Dulu tindakan bedah menjadi solusi pengobatan penyakit ini. Tindakan bedah dengan teknik konvensional itu terkadang tidak luput dengan risiko-risiko terkait, misalnya membutuhkan proses pemulihan yang lebih panjang. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini telah berkembang teknologi Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD) atau terapi laser untuk tulang belakang.
Teknologi PLDD ini mulai berkembang pada tahun 1990, namun di Indonesia baru berkembang pada awal tahun 2000-an dan diindikasikan untuk kasus-kasus HNP pada ruas tulang lumbar.
Cara kerja PLDD dilakukan dengan anestesi lokal dan dipandu oleh computed tomographic (CT) dan fluoroskopi.
Kemudian dokter akan memasukkan jarum berukuran 1 mm menuju bantalan sendi yang mengalami penonjolan yang menyebabkan saraf di area tersebut terjepit.
Kemudian laser akan memberikan energi cahaya dan panas yang terfokus ke inti bantalan sendi, menguapkan kadar air di area tersebut sehingga mengubah atau mengurangi tekanan di antara bantalan sendi yang menyebabkan terjadinya nyeri dan inflamasi pada saraf sekitar.
Ahli bedah dari Florida Spine Institute, Dr. Douglas Weiland, mengatakan dengan teknik bedah yang konvensional, pasien dengan masalah HNP harus menghabiskan waktunya dengan rawat inap dan dilanjutkan dengan pemulihan di rumah.
Antara Terapi Laser dan Bedah Konvensional
Dibandingkan dengan tindakan bedah konvensional, laser memiliki keunggulan berupa:
- Proses pemulihan lebih cepat
- Tidak perlu rawat inap
- Skar setelah tindakan cukup kecil (sekitar 7 mm)
- Risiko infeksi minimal
- Tidak melukai/mencederai jaringan sekitarnya (otot, ligament atau struktur tulang belakang lainnya)
- Waktu pelaksanaannya juga lebih singkat
Ragam Penelitian
Dalam sebuah jurnal Manipulative and Physiological Therapeutics (2008), terapi laser memiliki peran penting dalam penanganan HNP dan efektif untuk HNP akut pada ruas tulang lumbar.
Studi lain, yang diterbitkan dalam Terapi Laser (2012), teknologi laser efektif untuk mengatasi nyeri akibat penonjolan bantalan sendi leher yang disebabkan oleh spondilosis.
Studi ini juga menemukan, untuk menjaga dampak laser ini dalam jangka panjang, penderita biasanya dianjurkan untuk menjaga postur tubuh dalam melakukan aktivitas hariannya.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan tingkat efektivitas penggunaan laser untuk mengatasi masalah saraf terjepit sangat bervariasi.
Selain itu, laser memiliki tingkat keberhasilan yang sama dengan teknik operasi terbuka atau laminektomi dalam mengatasi masalah saraf terjepit, hal ini ditulis dalam studi oleh Gibson dkk dalam Cochran Review.
Terapi Laser dan Manfaatnya
Menurut dr. Bruce Coren (salah satu pionir dalam terapi laser di Florida, Amerika Serikat) memaparkan ragam manfaat terapi laser antara lain membantu:
- Meredakan rasa nyeri. Dengan cara mengurangi sensitivitas saraf dengan menurunkan kadar bradikinin (unsur kimiawi dalam tubuh berperan dalam rasa sakit) dan melepaskan endorfin (penghilang rasa sakit alami tubuh) yang menghasilkan efek analgesik sehingga rasa nyeri dapat diturunkan/dikurangi.
- Memiliki efek antiinflamasi/penyembuhan. Dengan melibatkan adenosin trifosfat/ATP, aktivitas sel darah putih, memperbaiki arteri dan vena di sekitar tempat nyeri, dan meningkatkan asupan nutrisi dan oksigen serta superoksida dismutase sebagai antioksidan.
- Mempercepat proses perbaikan jaringan dan pertumbuhan sel (saat menembus ke dalam jaringan dapat membantu mempercepat reproduksi dan pertumbuhan sel. Sebagai hasil dari paparan sinar laser, sel-sel tendon, ligamen, saraf dan otot diperbaiki lebih cepat).
- Memperbaiki/meningkatkan aktivitas vaskular (membentuk kapiler baru di jaringan yang rusak sehingga mempercepat proses penyembuhan, dan menutup luka dengan cepat).
- Efektif dalam ‘memadamkan’ titik nyeri.
- Mengurangi pembentukan skar atau jaringan parut yang diakibatkan oleh cedera, luka.
- Penyembuhan luka lebih cepat (dengan memicu produksi kolagen yang berperan penting dalam penyembuhan jaringan. Kolagen merupakan protein esensial yang dibutuhkan untuk mengganti jaringan lama atau untuk memperbaiki cedera. Akibatnya, laser juka efektif pada luka terbuka dan luka bakar).
Kapan PLDD Diperlukan?
Dipertimbangkan bila nyeri masih berlangsung setelah pemberian obat atau fisioterapi.
Terapi laser dapat dimanfaatkan dalam:
- nyeri punggung
- nyeri leher
- nyeri sendi
- neuropati perifer
- tendonitis
- keseleo/terkilir
Terapi laser dapat digunakan sebagai pengobatan yang berdiri sendiri, atau diikuti dengan terapi latihan rehabilitasi. Namun perlu diketahui adalah tingkat penyembuhan individu dapat bervariasi.
Penentuan tindakan laser ini perlu dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Lamina Pain & Spine Center sebagai satu-satunya klinik syaraf kejepit terlengkap di Indonesia.