JAKARTA — Keluhan stenosis pada lumbar tulang belakang (Lumbar Spinal Stenosis) bisa besar dampaknya bagi pengidapnya. Karena besar kemungkinan mereka tak bisa menjalani aktivitas seperti biasanya. Rasa kesemutan, kebas, nyeri otot sampai bisa membuat penderita spinal setenosis tak bisa berdiri lama. Atau untuk berjalan kakipun paling hanya bisa bertahan untuk beberap meter saja.
Di Klini Lamina Pain and Spine Center masalah seperti ini bisa ditangani dengan efisien dan efektif. Hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja. Dan jika kondisi cukup baik. Pasien bisa segera kembali pulang.
Lumbar spinal stenosis (LSS) terjadi ketika ada pembesaran atau bulging diskus pada ligamen atau pada tulang belakang. Akibatnya kanal tulang belakang menyempit, sehingga saraf akan mengalami kompresi atau penekanan.
LSS terjadi berangsur-angsur seiring waktu. Bisa disebabkan oleh proses degenerasi atau penuaan pada sejumlah struktur yang menopang tulang belakang. Sejumlah struktur ini berubah tanpa gejala atau asimtomatik seiring waktu, meski dengan pemindaian lewat MRI biasanya hal itu terlihat.
Gejala Lumbar Spinal Stenosis
Sebagian dari tulang belakang yang kaku dan menyempit, gejala yang bisa bermanifestasi adalah saat ada saraf yang terjepit. Sering kali, nyeri pada spinal stenosis muncul saat orang berjalan atau bediri dalam waktu lama. Akibatnya kondisi ini akan membatasi aktivitas dan mobilitas pengidapnya.
Saat pengidap LSS berdiri atau berjalan, kanal spinal akan lebih menyempit, menyebabkan tulang belakang bagian bawah dan kaki semakin nyeri. Semua ini biasanya akan lebih ringan saat duduk dan atau membungkuk.
Sampai beberapa tahun yang lalu, satu-satunya pilihan pengobatan yang tersedia adalah salah satu dari dua ekstrem: terapi konservatif atau operasi tulang belakang terbuka.
Baca juga : PSLD sebagai Terapi Spinal Stenosis
Namun, kini cukup dengan terapi fisik dan injeksi steroid epidural sudah bisa memberi kesembuhan pada sebagian orang. Semua pilihan ini bisa dilakukan di Klinik Lamina.
Operasi tulang belakang terbuka, berfungsi untuk meredakan tekanan pada saraf tulang belakang, tetapi operasi dan anestesi dapat membawa peningkatan risiko pada pasien yang lebih tua.
Perkembangan Terapi
Dalam salah satu prosedur non-invasif , dokter ahli bedah menggunakan alat khusus yang masuk melalui portal yang sangat kecil di antara tulang-tulang. Dipandu oleh sinar-X dan zat kontras yang disuntikkan selama prosedur, ahli bedah mengorek ligamen dan memperluas kanal tulang belakang untuk mengurangi kompresi akar saraf. Susunan tulang belakang tetap utuh dan mekanika tulang belakang tidak terganggu sehingga pasien biasanya pulih dengan cepat.
Pasien sering kali bisa segera pulang ke rumah setelah prosedur tindakan dn mereka bisa mulai proses rehabilitasi menuju pemulihan. Biasanya, termasuk di dalamnya latihan berjalan.
Hasil dari prosedur ringan itu cukup positif . Tidak ada komplikasi besar yang berhubungan dengan peralatan atau prosedur dalam waktu satu tahun berikutnya. Pasien akan bisa berjalan dan berjalan dalam waktu yang lama.
Berikut beberapa alternatif tindakan yang bisa dilakukan, misalnya noninvasif, minimal invasif, dan pembedahan kini tersedia untuk mengurangi rasa nyeri dari spinal stenosis.
- Ahli medis bisa meresepkan antinyeri seperti analgesik yang diukur secara individual sesuai dengan problem nyeri unik pasien.
- Dokter juga bisa menganjurkan terapi fisik untuk melatih kelenturan dan mengajari Anda bagaimana gerakan dan cara berjalan yang bisa bermanfaat untuk membuka kanal spinal. Untuk beberapa pasien, ini bisa meringankan tekanan pada saraf yang terjepit.
- Intervensi. Para ahli manajemen nyeri bisa menawarkan injeksi untuk menghilangkan rasa nyeri dan meringankan inflamasi atau peradangan.
- Prosedur lain mencakup prosedur minimal invasif yang bertujuan untuk menangani masalah struktural yang berkontribusi pada penyempitan spinal.
- Pembedahan. Ahli bedah bisa mengangkat sebagian tulang, sendi atau diskus yang membuat saraf terjepit. (***)