Spinal stenosis adalah kondisi medis yang terjadi akibat penyempitan saluran tulang belakang, yang dapat menyebabkan tekanan berlebih pada saraf tulang belakang. Hal ini dapat mengakibatkan gejala seperti nyeri punggung, kelemahan otot, kesemutan, dan kesulitan dalam berjalan. Salah satu pendekatan yang telah dikembangkan untuk mengatasi spinal stenosis adalah Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD), sebuah prosedur bedah minimal invasif yang menggunakan laser untuk mengurangi tekanan pada saraf tulang belakang.
Gejala Spinal Stenosis
Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia. Gejala yang sering muncul, antara lain:
- Nyeri punggung: Penderita spinal stenosis biasanya mengalami nyeri di daerah punggung, yang bisa menjalar ke bagian bokong, panggul, atau tungkai.
- Kesemutan atau mati rasa: Saraf yang terjepit dapat menyebabkan sensasi kesemutan atau mati rasa pada daerah yang terkena, seperti kaki atau tangan.
- Kelemahan otot: Penderita mungkin mengalami kelemahan otot dalam satu atau kedua tungkai, yang dapat mengganggu kemampuan berjalan atau berdiri.
Penanganan Spinal Stenosis dengan Teknik PLDD
Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD) adalah teknik bedah minimal invasif yang berfungsi untuk mengobati kondisi spinal stenosis dan gangguan tulang belakang lainnya. Prosedur ini bekerja dengan cara memasukkan jarum kecil melalui kulit dan menggunakan panduan fluoroskopi untuk memandu jarum ke dalam ruang antara cakram tulang belakang yang terkena stenosis. Setelah jarum berada tepat ke area sumber nyeri, serat optik beserta laser masuk melalui jarum untuk menguapkan atau mengurangi volume cakram yang mengalami masalah.
Keuntungan PLDD
- Prosedur non-bedah: PLDD merupakan alternatif non-bedah yang lebih sedikit invasif daripada metode tradisional bedah terbuka.
- Waktu pemulihan yang singkat: Karena prosedur ini merupakan minimal invasif, pemulihan biasanya lebih cepat dari operasi tradisional.
- Risiko komplikasi yang lebih rendah: Karena ukuran sayatan lebih kecil, risiko infeksi dan komplikasi lainnya juga lebih rendah.
Spinal stenosis dapat menyebabkan gejala yang mengganggu dan membatasi aktivitas sehari-hari. Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD) merupakan salah satu pilihan pengobatan non-bedah yang efektif untuk mengurangi tekanan pada saraf tulang belakang. Metode ini memberikan banyak keuntungan seperti pemulihan yang cepat, risiko komplikasi yang rendah, dan metode bedah minimal invasif. Namun, setiap keputusan pengobatan sebaiknya harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang berkualifikasi, dan berdasarkan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi kesehatan pasien.
Apabila Anda memiliki keluhan nyeri di tulang belakang, jangan tunda pemeriksaan untuk mencegah perburukan kondisi. Silakan hubungi nomor 021-7919-6999 atau chat via whatsapp di 0811 1443 599 untuk berkonsultasi dengan dokter. Anda juga bisa datang langsung ke klinik Lamina yang berlokasi di Mampang, Cibubur, Pulomas dan Kuningan.
Semoga bermanfaat!
Baca juga: Penanganan Saraf Kejepit dengan Teknologi PLDD
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa Itu Spinal Stenosis?
Spinal stenosis adalah kondisi medis yang terjadi akibat penyempitan saluran tulang belakang, yang dapat menyebabkan tekanan berlebih pada saraf tulang belakang. Hal ini dapat mengakibatkan gejala seperti nyeri punggung, kelemahan otot, kesemutan, dan kesulitan dalam berjalan
Apa Gejala Spinal Stenosis?
Gejala yang sering muncul, diantaranya: 1. Nyeri punggung 2. Kesemutan atau mati rasa 3. Kelemahan otot
Bagaimana Penanganannya dengan Teknik PLDD?
Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD) adalah teknik bedah minimal invasif yang berfungsi untuk mengobati kondisi spinal stenosis dan gangguan tulang belakang lainnya. Prosedur ini bekerja dengan cara memasukkan jarum kecil melalui kulit dan menggunakan panduan fluoroskopi untuk memandu jarum ke dalam ruang antara cakram tulang belakang yang terkena stenosis. Setelah jarum berada tepat ke area sumber nyeri, serat optik beserta laser masuk melalui jarum untuk menguapkan atau mengurangi volume cakram yang mengalami masalah.
Artikel ini ditinjau oleh: dr. Yuti Purnamasari