JAKARTA — Penelitian terbaru menjelaskan suatu hal yang mungkin sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh orang. Ternyata ada hubungan antara bakteri di pencernaan dengan nyeri kronis. Contohnya adalah dalam kasus pengidap fibromyalgia menunjukkan ada variasi berbeda dalam komposisi mikrobiomanya.
Para peneliti menunjukkan untuk pertama kalinya, ada berbagai jenis bakteri yang berbeda pada pencernaan pengidap fibromyalgia. Setidaknya ada 20 jenis spesies bakteri berbeda yang ditemukan baik dalam jumlah besar atau kecil di mikrobioma. Para partisipan penelitian yang mengidap fibromyalgia dibanding pada kelompok pengendali yang sehat.
Fibromyalgia Adalah
Fibromyalgia mempengaruhi 2-4 persen dari populasi dan diketahui belum ada obatnya. Gejala penyakit ini mencakup kelelahan, masalah tidur dan kognitif. Tapi penyakit ini terutama ditandai dengan penyebaran rasa nyeri yang kronis.
Dalam paper yang dipublikasikan di jurnal Pain, tim peneliti yang berbasis di Montreal itu memperlihatkan bahwa ada perganti-gantian bakteri di saluran pencernaan pada mereka yang mengidap fibromyalgia.
Rata-rata ada 20 bakteri yang berbeda ditemukan baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam mikrobioma pada pengidap penyakit ini dibanding mereka yang berada dalam kelompok sehat.
Tentang Jenis Bakteri Tertentu
“Kami menggunakan berbagai teknik, termasuk Artificial Intelligence, untuk mengkonfirmasi bahwa perubahan yang kami lihat pada mikrobioma. Pasien fibromyalgia tidak disebabkan oleh faktor-faktor seperti diet, pengobatan, aktivitas fisik, usia, dan sebagainya, yang diketahui mempengaruhi mikrobioma, “kata Dr. Amir Minerbi. Dari Unit Manajemen Nyeri Alan Edwards di Pusat Kesehatan Universitas McGill (MUHC), dan penulis pertama penelitian ini.
Tim peneliti terdiri dari peneliti dari Universitas McGill dan Université de Montréal serta yang lain dari Lembaga Penelitian MUHC.
Baca juga : Ankylosing Spondylitis
Lebih lanjut Minerbi menambahkan, “Kami menemukan bahwa fibromyalgia dan gejala fibromyalgia – rasa sakit, kelelahan, dan kesulitan kognitif. Berkontribusi lebih dari faktor-faktor lain terhadap variasi yang kita lihat dalam mikrobioma dari mereka yang menderita penyakit tersebut. Kami juga melihat bahwa keparahan gejala pasien berkorelasi langsung dengan peningkatan kehadiran atau tidak adanya bakteri tertentu – sesuatu yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. ”
Adalah Bakteri Penanda Kondisi Fibromyalgia
Hingga titik ini tak jelas apakah perubahan pada bakteri di pencernaan terlihat pada pengidap fibromyalgia adalah penanda kehadiran penyakit ini atau bahkan justru jadi sebab penyakit ini.
Karena fibromyalgia melibatkan sejumlah gejala tersebut — bukan semata masalah nyeri — maka langkah selanjutnya adalah meneliti apakah bakteri-bakteri yang sama dan juga berada di pencernaan. Mikrobioma juga akan diteliti pada kondisi lain yang melibatkan rasa nyeri seperti nyeri kronik pada punggung bawah, sakit kepala dan nyeri neuropatik lain.
Para peneliti juga tertarik untuk mengeksplorasi apakah bakteri adalah pemegang peran sebagai penyebab pengembangan nyeri dan fibromyalgia. Juga apakah kehadiran mereka pada akhirnya dapat membantu dalam menemukan penyembuhan, serta mempercepat proses diagnosis.
Fibromyalgia adalah penyakit yang terbukti sulit didiagnosis. Pasien dapat menunggu selama 4 hingga 5 tahun untuk mendapatkan diagnosis akhir. Tapi ini mungkin akan berubah.
“Kami memilah-milah sejumlah besar data, mengidentifikasi 19 spesies yang meningkat atau menurun pada individu dengan fibromyalgia.” kata Emmanuel Gonzalez, dari Pusat Kanada untuk Genomik Komputasi dan Departemen Genetika Manusia di McGill University.
“Dengan menggunakan pembelajaran mesin, komputer kami dapat membuat diagnosis fibromyalgia, hanya berdasarkan pada komposisi microbiome, dengan akurasi 87 persen. Saat kami membangun penemuan pertama ini dengan lebih banyak penelitian. Kami berharap dapat meningkatkan akurasi ini, berpotensi menciptakan perubahan langkah dalam diagnosis.”
“Orang dengan fibromyalgia menderita tidak hanya dari gejala penyakit mereka tetapi juga dari kesulitan keluarga, teman dan tim medis untuk memahami gejala mereka,” kata Yoram Shir, penulis senior di koran yang merupakan Direktur Alan Edwards Pain, Unit Manajemen di MUHC dan Investigator Rekanan dari Program BRAIN RI-MUHC.
“Sebagai dokter manajemen nyeri, kami frustrasi dengan ketidakmampuan kami untuk membantu, dan frustrasi ini merupakan bahan bakar yang baik untuk penelitian. Ini adalah bukti pertama, setidaknya pada manusia, bahwa mikrobioma memiliki efek pada nyeri difus, dan kami benar-benar membutuhkan cara baru untuk melihat rasa sakit kronis.”
Bagaimana Penelitian Ini Dilakukan?
Penelitian dilakukan berdasarkan penelitian cohort terhadap 156 orang di daerah Montreal, 77 diantaranya diketahui mengidap fibromyalgia. Para partisipan di penelitian itu diwawancara dan melakukan pemeriksaan sampel lengkap, darah, liur, urin hingga kotoran.
Hasilnya lalu dibandingkan dengan hasil dari mereka yang sehat, yaitu yang tinggal serumah dengan pengidap fibromyalgia, seperti orang tua, keturunan dan kerabat pengidap. (***)