Nyeri Akibat Kompresi Arteri Poplitea Pada Lutut, Ini Terapinya

Popliteal artery entrapment syndrome atau dikenal juga sebagai PAES adalah sindrom atau kumpulan gejala yang muncul akibat kompresi arteri poplitea yang berada di lutut bagian belakang. Kompresi umumnya terjadi akibat struktur anatomi yang tidak normal antara pembuluh darah dan otot serta sendi pada bagian lutut.

Saat area sekitar lutut berkontraksi seperti saat melakukan aktivitas, kondisi ini selanjutnya menimbulkan penekanan pada saraf pada tibia. Popliteal artery entrapment syndrome umumnya terjadi pada mereka profesi atlit. Secara garis besar sindroma jebakan poplitea arteri dapat dibagi menjadi 2, diantaranya adalah :

1. Penyebab Anatomi Poplitea Arteri Entrapment Syndrome

Kelainan atau variasi anatomi jaringan sekitar lutut menjadi salah satu penyebab sindroma jebakan poplitea arteri. Secara medis, variasi anatomi ini terbagi menjadi 6 tipe. Kondisi popliteal artery entrapment syndrome akan bertambah berat seiring waktu yang di picu aktivitas olahraga dan aktivitas harian lain yang menggunakan kaki atau lutut sebagai penopangnya.

 

  • Tipe 1 : variasi arteri poplitea
  • Tipe 2 : posisi arteri terhadap otot sekitar yang tidak normal
  • Tipe 3 : posisi arteri terhadap otot dan jaringan ikat sekitar yang tidak normal
  • Tipe 4 : arteri poplitea berada dibawah otot
  • Tipe 5 : kompresi arteri dan vena poplitea
  • Tipe 6: variasi lainnya

2. Penyebab Fungsional

Penyebab fungsional Popliteal artery entrapment syndrome umumnya muncul pada atlet muda. hal ini disebabkan adanya pembesaran otot sekitar arteri poplitea. Olahraga yang memiliki risiko lebih besar menimbulkan Popliteal artery entrapment syndrome diantaranya adalah sepakbola, futsal, dan rugby.

Berikut ini beberapa gejala yang sering muncul pada individu dengan sindroma jebakan arteri poplitea diantaranya adalah :

  • Nyeri umumnya menyebar dan tidak terlokalisir, berada diantara bagian belakang lutut ataupun betis, terutama saat apabila penjepitan terjadi pada arteri tibia.
  • Nyeri klaudikasio adalah gejala nyeri yang ditandai atau muncul saat penderita sedang beraktivitas (berjalan atau berlari) walaupun kadang-kadang dirasakan saat beristirahat (jarang). Nyeri yang hadir saat seseorang beraktivitas dapat menghilang setelah individu beristirahat antara 3 – 5 menit.
  • Gejala iskemik atau berkurangnya pasokan oksigen pada ekstremitas dapat berupa rasa kesemutan, rasa seperti ditusuk-tusuk disertai rasa dingin.

Diagnosis Poplitea Arteri Entrapment Syndrome

Pada pemeriksaan fisik dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan dan melakukan pemeriksaan untuk menentukan diagnosis dan menemukan penyebab utama sindroma jebakan arteri poplitea. Beberapa pemeriksaan fisik yang umum dilakukan pada pasien dengan dugaan popliteal artery entrapment syndrome. Antara lain pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABIs) yang meliputi penggunaan tensimeter dan maneuver provokatif.

Penekanan arteri poplitea dapat menyebabkan nyeri pada bagian lutut.

Penekanan arteri poplitea dapat menyebabkan nyeri pada bagian lutut.

Maneuver provokatif umumnya dapat mengurangi pulsasi perifer atau munculnya suara “bruit” yang terdengar dengan stetoskop pada arteri yang > 50% terjepit. Jika suara “bruit” atau pulsasi berkurang saat istirahat, maka diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan dugaan popliteal artery entrapment syndrome. Adalah USG Doppler dengan atau tanpa provokasi, CT angiography (CTA), Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan MRI angiography (MRA).

Saat pasien dengan popliteal artery entrapment syndrome tidak mendapat penanganan atau terapi adekuat. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsional pada pasien. Salah satu yang umum terjadi adalah mikrotrauma pembuluh darah, hematoma intramural (penggumpalan darah pada dinding pembuluh darah). Dan thrombosis (gumpalan darah yang menempel pada dinding dalam pembuluh darah). Yang selanjutnya dapat berdampak pada berkurangnya pasokan oksigen ke organ bersangkutan.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dihasilkan, umumnya dapat membedakan popliteal artery entrapment syndrome anatomi ataupun fungsional yang mempengaruhi penatalaksanaan berdasarkan penyebab.

 

Pada penyebab popliteal artery entrapment syndrome yang disebabkan masalah anatomi. Dokter dapat menyerankan tindakan pembedahan eksplorasi dan dekompresi fossa popliteal, bypass, fasciotomy, maupun myotomy. Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa lebih dari 90% individu yang telah menjalani operasi akan dapat kembali berolahraga dalam kurang dari 3 bulan.

Sementara pada sindoma jebakan arteri poplitea fungsional, dapat dilakukan tindakan injeksi botulinum toxin (botox) serta tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila pasien mengeluhkan gejala yang repetitif dan semakin berat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No.34, RT.7/RW.5, Kalibata, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740

Informasi dan Pendaftaran

Informasi dan Pendaftaran

021-7919-6999

registrasi@lamina.co.id

Pendaftaran Online

Pendaftaran Online

Segera Klik Disini

Jadwal Praktik


Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS

Senin   : 13:00 - Selesai
Rabu    : 13:00 - Selesai
Jumat  : 13:00 - Selesai


Dr. Bismo Nugroho, SpBS

Rabu    : 14:30 - 17:00
Kamis  : 14:00 - 17:00


Dr. Victorio, SpBS, FINPS

Selasa  : 17:00 - 20:00
Sabtu    : 16:00 - 18:00


Dr. Faisal, M.Ked (Neurosurg), Sp.BS

Senin    : 10:00 - 13:00
Selasa   : 10:00 - 13:00
Rabu     : 10:00 - 13:00
Kamis   : 10:00 - 13:00
Jumat   : 10:00 - 13:00


Prof. dr. Darto Satoto, SpAn, KAR

Selasa   : 10:00 - 16:00
Kamis   : 10:00 - 16:00


Dr. Nelfidayani, SpKFR

Selasa   : 16:00 - 20:00
Kamis   : 16:00 - 20:00
Sabtu    : 16:00 - 20:00


Dr. Rifalisanto, SpKFR

Senin   : 10:00 - 15:00
Rabu     : 10:00 - 14:00
Jumat  : 10:00 - 12:00


dr. Ratih Puspa, Sp.N

Selasa     : 17:00 - 20:00
Kamis     : 17:00 - 20:00