Proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan pada tulang belakang. Proses degenerasi ini terjadi seiring dengan pertambahan usia atau penuaan. Salah satu akibat dari proses degenerasi ini adalah stenosis pada ruas tulang belakang.
Setiap tulang belakang memiliki lubang tempat saraf dan sumsum tulang belakang. Normalnya, rongga atau lubang ini cukup luas untuk menampung saraf. Namun dalam kondisi stenosis, rongga ini menjadi sempit atau mengecil akibat proses degenerasi.
Proses degenerasi ini bisa menyebabkan pembentukan taji tulang (bone spurs). Taji tulang inilah yang dapat membuat rongga tersebut menyempit atau mengecil, sehingga menjepit saraf yang ada di area tersebut. Penyempitan rongga inilah yang disebut dengan stenosis.
Stenosis (penyempitan) tulang belakang adalah kondisi umum yang terjadi ketika kanal tulang belakang, yang berisi akar saraf dan sumsum tulang belakang, menjadi lebih kecil atau sempit.
Hal ini menyebabkan jepitan pada saraf di bagian tersebut sehingga timbullah rasa nyeri, kram, kelemahan otot dan mati rasa.
Gejala yang timbul bergantung pada bagian mana penyempitan itu terjadi, dan gejala-gejala ini terasa dari punggung bawah/pinggang, kaki, leher, bahu dan lengan.
Perubahan degeneratif pada tulang belakang terlihat pada usia 50 tahun (sekitar 95% kasus). Pada sebagian kecil kasus individu yang terlahir dengan masalah pada tulang belakang, nantinya akan mengalami stenosis lumbar (pinggang), dan kasus ini dikenal dengan stenosis spinal kongenital.
Penyebab dan Gejalanya Apa?
Saat usia muda, bantalan sendi tulang belakang memiliki kandungan air yang tinggi. Saat menua, ruas tulang belakang kehilangan air tersebut atau mengering sehingga runtuh atau roboh dan ruang antar ruas tulang belakang menyempit baik lebarnya dan tingginya. Akibatnya, akan menekan sendi facet.
Sendi facet ini berfungsi menghubungkan antar tulang belakang, dari leher hingga punggung bawah dan berada di kedua sisi tulang belakang. Masing-masing vertebra terhubung dengan 3 sendi yaitu satu sendi besar tulang belakang dan dua sendi facet di bagian belakang.
Radang sendi atau artritis merupakan salah satu penyebab tersering stenosis spinal.
Selain itu, kondisi medis tertentu juga dapat menyebabkan penyempitan ini, antara lain adanya tumor di tulang belakang, penyakit Paget (terganggunya proses regenerasi tulang), spondiloartritis (peradangan kronik dan kekakuan yang terutama menyerang persendian tulang belakang dan penyebab pastinya belum diketahui), serta osteoartritis.
Gejala stenosis tulang belakang ini dapat berupa:
- Nyeri punggung, namun ada beberapa yang tidak merasakan gejala ini, dan bergantung pada berat ringannya radang sendi yang dialami.
- Rasa nyeri seperti terbakar di bokong atau kaki (sciatica). Tekanan pada saraf tulang belakang dapat menyebabkan nyeri yang terasa seperti terbakar. Biasanya nyeri berawal dari bokong dan menjalar hingga kaki. Bila berlanjut, nyeri bisa terasa hingga ke telapak kaki.
- Rasa kebas atau kesemutan pada bokong atau kaki.
- Kelemahan di otot-otot kaki atau ‘foot drop’. Bila jepitan saraf ini semakin memburuk, kelemahan otot atau kelumpuhan dapat terjadi di kedua kaki.
- Nyeri pinggang berkurang dalam posisi tertentu. Beberapa hasil studi pada ruas tulang punggung bawah atau pinggang, posisi membungkuk ke depan dapat membantu memperluas ruang untuk saraf. Nyeri biasanya semakin buruk saat berdiri tegak dan berjalan. Secara umum, pasien dengan stenosis akan merasa nyaman saat Namun saat berdiri tegak dapat mengurangi ruang yang tersedia untuk akar saraf dan dapat menghalangi aliran darah dari area tersebut.
Menyempitnya rongga tulang belakang ini bisa terjadi di lateral (bagian tepi), sentral (di bagian tengah), dan foraminal. Penyempitan di bagian tepi ini merupakan yang tersering.
Untuk membantu dokter mendiagnosis stenosis ini, selain berdasarkan keluhan pasien, lokasi nyeri atau pemeriksaan media, dokter akan menganjurkan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti rontgen, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Perlu Tetap Bergerak
Tetap aktif bergerak atau rutin berolahraga tiga kali seminggu (minimal 30 menit). Kemudian, lakukan perubahan aktivitas, dan jangan lakukan sesuatu yang justru memicu timbulnya atau memperburuk rasa nyeri yang ada, seperti mengangkat beban berat atau berjalan kaki untuk jarak yang cukup jauh. Jangan lupa selalu konsultasikan dengan dokter sebelum minum obat pereda nyeri.
Jangan lupa untuk tetap menjaga berat badan yang ideal, karena berat badan yang berlebihan dapat memberikan beban berlebihan pula pada sendi.
Klinik Lamina Punya Solusinya
Kadangkala kata tindakan operasi membuat beberapa pasien merasa ragu untuk melakukannya. Itu sebabnya konsultasikan dengan dokter Anda untuk program fisioterapi guna meringankan nyerinya.
Klinik Lamina Pain and Spine Center merupakan one stop clinic yang dapat membantu menuntaskan nyeri pinggang akibat stenosis spinal tanpa operasi dengan teknologi terkini yaitu teknologi PSLD atau Percutaneous Stenoscopic Lumbar Decompression. Teknologi PSLD ini hanya memerlukan waktu sekitar 30-45 menit dan proses pemulihannya lebih cepat.
Selain itu, teknologi terkini lainnya untuk membantu mengatasi saraf terjepit, adalah endoskopi untuk saraf terjepit pinggang (PELD = percutaneous endoscopic lumbar discectomy) dan leher (PECD = percutaneous endoscopic cervical discectomy/endoskopi leher), serta PLDD (percutaneous laser disc decompression atau dikenal dengan laser).
Kemungkinan dokter juga akan merekomendasikan terapi fisik yang ditujukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri dengan menstimulasi saraf melalui Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), pemijatan, dan gelombang ultrasound. Untuk terapi fisik atau fisioterapi, Klinik Lamina memiliki Prime Rehab dengan fisioterapis berpengalaman.