JAKARTA — Rehabilitasi medik menjadi kata kunci penting dalam perjalanan pasien mengatasi rasa nyeri. Baik yang mengalami nyeri dalam derajat sangat ringan hingga cukup menjalani terapi obat dan fisioterapi. Maupun mereka yang telah menjalani tindakan medis, invasif ataupun non-invasif. Tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kemampuan gerak dan fungsi tubuh usai tindakan dan pengobatan, salah satunya dengan manuthera 242.
Salah satu bagian yang penting dari rehabilitasi medik adalah terapi manual. Dalam hal ini terapi manual seperti juga yang tersebut dalam “the Orthopaedic Manual Physical Therapy Description of Advanced Specialty Practice’. Diartikan sebagai pendekatan klinis yang memanfaatkan teknik-teknik tertentu, meski tak hanya terbatas pada manipulasi / mobilisasi yang digunakan dokter rehabilitasi medik untuk membantu mendiagnosis dan merawat struktur jaringan lunak dan sendi.
Terapi manual secara umum bermanfaat untuk, meredakan nyeri, meningkatkan rentang atau luasan pergerakan. Mengurangi peradangan jaringan lunak, memperbaiki relaksasi, memfasilitasi gerakan dan meningkatkan fungsi organ.
Ada beberapa bentuk terapi manual. Misalnya manipulasi sendi, mobilisasi sendi, manipulasi tulang belakang, mobilisasi tulang belakang, pemijatan dan fisioterapi.
Khusus untuk kasus-kasus tulang belakang seperti yang banyak ditangani di Klinik Lamina Pain and Spine Center, rehabilitasi medik untuk mengatasi nyeri ini dianggap sangat penting bagi kesehatan pasien. Itulah kenapa di Lamina Rehab dihadirkan teknologi Manuthera 242 satu-satunya di Indonesia.
Saat ini Dr Sri Wahyuni SpKFR yang menangani masalah ini mulai berpraktek setiap hari di Klinik Lamina Mampang. Setiap hari Senin-Sabtu pukul 11.00 sampai dengan selesai, dibantu juga oleh Dr Ibrahim Agung SpKFR.
Manuthera Lojer 242
Untuk mendapatkan layanan rehabilitasi medik ini, pasien harus memiliki dasar berupa hasil pemeriksaan dan penilaian dokter atas keluhannya. Dokter rehabilitasi medik kemudian akan membuat dan mengevaluasi program terapi yang dibutuhkan. Program yang dimaksud bisa jadi mencakup traksi tulang belakang dan panggul, pemijatan, terapi kompres panas dan dingin dan stimulasi otot dengan listrik dan latihan peregangan.
Yang menarik dari layanan rehabilitasi medik adalah adanya produk Manuthera Lojer 242, yang baru ada pertama kali di Indonesia di dua Klinik Lamina yaitu di Klinik Lamina Mampang dan Klinik Lamina di RS Meilia, Cibubur.
Dalam pertemuan para ahli fisioterapi, tulang belakang dan sendi di RS Melia, Cibubur beberapa waktu lalu, Dr. Hakim Hassan, ahli ortopedik dan osteopat dari Klinik Ostheopati Finlandia, mengatakan dia yakin bahwa di dunia tak akan ada teknologi yang lebih canggih dari alat terapi karyanya dan beberapa rekananannya ini.
Menurut dokter yang kini berdomisili di Muscat, Oman itu secara umum Manuthera bisa digunakan untuk terapi manual beberapa masalah tulang belakang dan disfungsi sendi. “Otot punggung bawah sering membawa masalah karena kurang bergerak, peregangan dan diajak beraktivitas. Padahal otot ini sudah semestinya digerakkan secara rutin setiap hari,” kata Dr. Hakim.
Manuthera meja terapi dengan 4 ‘sendi’ ini memiliki gerakan yang sangat ergonomis yang bisa memudahkan dan membuat pasien sekaligus terapis merasa nyaman. Gerakannya sangat lembut lebih seperti gerakan tubuh manusia dan bukan robot atau mesin dengan dua motor yang bisa bergerak secara sinkron berdasarkan struktur teknologi tinggi.
Baca juga : Radiofrekuensi ablasi
“Dengan Manuthera pasien bisa digerakkan dengan lembut sesuai dengan kebutuhan terapi dan posisi anatomik yang ingin dilatih. Mobilisasi bisa dilakukan dengan 3 dimensi menggunakan traksi, fleksi, lateral fleksi dan rotasi menggunakan gravitasi,” kata Dr. Hakim sembari mempraktekkan penggunakan Manuthera.
Kelebihan Manuthera
Manuthera 242 bisa digunakan dengan beban berat tubuh pasien sampai 250 kilogram. Tak heran karena baja yang digunakan untuk produk Lojer ini dibuat di Finlandia. Semua komponen diproduksi sendiri oleh Lojer dan hanya untuk produk Lojer yang hanya diproduksi di negara tersebut.
Menjalani rehabilitasi medik untuk mencapai kesembuhan total juga harus dibarengi dengan perubahan gaya hidup pasien. Mulai dari menjaga postur saat berdiri, duduk, bergerak, dan tidur, mengetahui cara atau teknik mengangkat barang dengan benar, memiliki area kerja yang ergonomis, menjaga berat badan ideal serta tidak merokok. (***)