JAKARTA — Abu Bakar Ba’asyir diberitakan saat ini mengalami tiga masalah kesehatan utama. Yakni gangguan di pembuluh vena di kedua kakinya, pembengkakan di pergelangan kaki dan osteoarthritis di lututnya. Seperti dituturkan oleh perwakilan tim dokter Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) usai menemani pemeriksaan di RSCM Kencana bahwa osteoarthritis Ba’asyir adalah akibat menipisnya bantalan di sendi lututnya.
Radang sendi atau osteoarthritis (OA) yang dialami Ba’asyir memang membuat pria yang sedang jadi kontrovesi karena kasus hukumnya itu jadi tak lagi bebas bergerak. Rasa nyeri adalah keluhan utama pada OA yang umumnya menyerang mereka yang berusia diatas 40 tahun.
Proses munculnya osteoarthritis Ba’asyir
Meski bisa terjadi di bagian tubuh lain,seperti di jari, leher, kaki, pinggang, dan pinggul, kasus OA paling sering terjadi di lutut. Sebabnya? Karena lututlah yang sepanjang hidup menjadi sendi tumpuan tubuh kita. Semakin berat beban tubuh akan semakin berat pula beban yang harus ditanggung lutut. Tapi berat badan bukan satu-satunya masalah. Proses penuaan yang membuat bantalan sendi lutut menipis jadi sebab utamanya. Inilah yang terjadi pada Ba’asyir.
Jika dibiarkan dan tak ditangani dengan serius sampai bantalan sensi semakin menipis tulang rawan yang menjadi ujung-ujung tulang yang bersambung di sendi lutut jadi rusak. Tak heran penderita OA seperti Ba’asyir akan merasakan sendi yang tak stabil, kaku, bengkak, hangat saat disentuh dan sakit saat berjalan. Tak hanya sendi, otot di bagian yang terserang OA juga jadi ikut melemah.
Ada beberapa pemeriksaan OA yang dipastikan juga dijalani Ba’asyir yaitu:
– Tes darah untuk mengetahui jika ada penyebab lain terjadinya nyeri sendi
– X-ray untuk melihat taji tulang di sekitar persendian.
– Analisis cairan persendian untuk memeriksa apakah nyeri yang muncul diakibatkan oleh infeksi atau kristal asam urat.
– MRI untuk melihat jaringan lunak, tulang dan tulang rawan secara lebih rinci.
Ini alternatif terapi keluhan seperti osteoarthritis Ba’asyir
Bagaimana menangani rasa nyeri pada pengidap OA? “Untuk nyeri ringan memang bisa minum obat, tapi ada nyeri yang kompleks, misalnya kanker diatasi dengan pemberian morfin, tapi sampai batas tertentu pasien menjadi kebal,” kata dr. Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf dari Klinik Nyeri & Tulang Belakang. “Penggunaan obat-obatan antinyeri untuk nyeri kronik bisa mendatangkan efek samping, sementara untuk operasi tak semua pasien mau melakukannya.”
dr. Mahdian menjelaskan, sejak beberapa tahun terakhir ini berkembang ilmu interventional pain management (IPM) yang mempelajari teknik-teknik intervensi dalam menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi.
“IPM bisa dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, neurologi, bedah saraf, ortopedi, atau dokter rehabilitasi fisik dan medik, yang melakukan pelatihan bidang manajemen nyeri,” kata dokter lulusan Universitas Indonesia ini. Salah satu terapi intervensi yang sudah dipakai secara luas di banyak negara adalah radiofrekuensi ablasi.
Menurut Mahdian, prinsip kerja terapi ini adalah mengalirkan aliran listrik yang diproduksi gelombang radio untuk memanaskan bagian saraf tertentu. “Lapisan pembuluh sarafnya diblok agar tidak bisa lagi mengirimkan sinyal nyeri,” katanya. Jenis nyeri yang bisa diterapi dengan radiofrekuensi ablasi terutama adalah nyeri yang sudah bersifat kronik atau berlangsung lama. “Rasa nyerinya bisa dihilangkan sampai dengan dua tahun. Kelebihan dari terapi ini bisa meningkatkan lingkup gerak tubuh dan meminimalkan penggunaan obat oral,” ujarnya.
“Nanti keputusan ada di tangan pasien apakah akan melakukan terapi ini atau yang lain,” dr. Mahdian. (berbagai sumber/TM)