JAKARTA — Kanker diketahui menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan banyak masalah bagi penderita dan keluarganya. Salah satu yang kadang tak dipahami orang — karena hanya dirasakan si penderita kanker — adalah rasa nyeri yang menyiksa terus menerus.
Sebuah penelitian terbaru menyebutkan 1 dari 3 pengidap kanker di Amerika Serikat dinyatakan mengalami nyeri kronis. Akibatnya 1 dari 6 di antara mereka jadi terbatas aktivitas hariannya.
“Prevalensi atau angka kejadian nyeri kronis dan dampak tinggi nyeri kronis di antara para penyintas kanker dalam penelitian kami hampir dua kali lipat dari pada populasi umum. Ini menunjukkan ada kebutuhan yang tidak terpenuhi penting dalam komunitas pengidap kanker.” kata rekanan penulis Xuesong Han, seorang peneliti American Cancer Society (ACS).
Penelitian Terkini
Tim peneliti menganalisis data tahun 2016-2017 dari National Health Interview Survey pada lebih dari 4.500 penyintas kanker.
Ditemukan hampir dari 35 persen penyintas mengalami nyeri kronis, yang di definisikan sebagai rasa nyeri pada sebagian besar hari yang dijalani atau setiap hari, selama enam bulan terakhir. Itu berarti untuk kondisi di Amerika Serikat saja ada 5,4 juta penyintas yang mengalami nyeri ini.
Dikutip dari laman HealthDay, bahkan dari angka tersebut 16 persen mengalami rasa nyeri luar biasa hingga aktivitas harian mereka sangat terbatasi, secara umum di AS ada sekitar 2,5 juta penyintas.
Para peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara jenis rasa nyari dan lamanya waktu sejak diagnosis kanker, menurut penelitian. Itu diterbitkan 20 Juni di jurnal JAMA Oncology tersebut.
Nyeri kronis adalah salah satu efek jangka panjang paling umum dari pengobatan kanker dan telah dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih rendah, kepatuhan yang rendah terhadap pengobatan, dan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi.
Di Klinik Lamina Pain and Spine, nyeri sebagai akibat dari kanker menjadi salah satu perhatian juga. Para dokter ahli di bidang manajemen nyeri yang menangani mungkin akan memberikan beberapa alternatif solusi yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Tentu saja jenis nyeri dan kanker harus diteliti lewat pemeriksaan lebih lanjut.
Terapi Nyeri Kanker
Perkembangan teknologi dan inovasi pengobatan kanker saat ini membawa dampak positif untuk penanganan rasa sakit yang dirasakan pasien kanker. “Kini, tersedia beberapa pilihan tindakan dan terapi yang dapat membantu mengurangi rasa sakit yang dialami oleh pasien kanker.” ujar Prof dr Darto Satoto SpAn(K) dari Lamina Pain and Spine Center.
Penanganan dan terapi yang paling lazim dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan dalam dosis tertentu yang disesuaikan dengan tingkat rasa sakit yang dialami pasien. Untuk pasien yang mengalami rasa sakit dalam kategori ringan, terapi dan penanganan rasa sakit dapat dilakukan melalui pemberian obat seperti parasetamol. Jika sudah dalam kategori berat, pasien diberikan tramadol atau morfin untuk mengurangi rasa sakit.
Selain pengobatan, terdapat solusi alternatif yang lebih efektif, yaitu melalui Gangglion Celiac Blockade. Gangglion Celiac Blockade adalah salah satu jenis tindakan pain management (pain control ) yang dapat mengatasi keluhan nyeri, termasuk kanker.
Tindakan ini merupakan tindakan minimal invasive tanpa operasi. Gangglion Celiac Blockade dilakukan melalui pendekatan anterior (bagian depan) perut dan dengan bantuan C-arm, yaitu alat rontgen yang dapat digerakkan. Setelah itu, jarum khusus akan dimasukkan ke dalam kulit di bagian atas perut.
Campuran alkohol dan cairan kontras di suntik kan melalui jarum. Setelah prosedur selesai, pasien dengan kanker misalnya usus akan merasakan nyeri berkurang signifikan, bahkan hingga 95%. Karena itu, tindakan ini direkomendasikan untuk mengurangi rasa sakit secara cepat dan tepat.
Terapi Gangglion Celiac Blockade harapan pasien kanker usus untuk kembali melakukan aktivitas tanpa rasa nyeri hebat. Tindakan manajemen nyeri ini dapat membantu mengondisikan tubuh penyintas dengan baik sehingga pengobatan kanker dapat dijalani dengan kondisi prima. (***)