JAKARTA — Nyeri leher adalah gangguan kesehatan yang bisa dikatakan unik. Disebut sakit, tapi umumnya penderita masih bisa tetap bergerak. Namun dikatakan bisa aktif bergerak sebenarnya mereka juga terganggu karena rasa nyeri dan kekakuannya. Untungnya seperti sebab nyeri leher yang sangat beragam, solusinya juga bisa beragam.
Semua solusi itu bisa ditemukan di Klinik Lamina Pain and Spine Center, bersama dokter-dokter yang sangat kompeten di bidangnya. Solusi nyeri leher bisa mulai dari pemberikan obat anti nyeri oral, injeksi steroid sampai pembedahan minimally invasif sesuai kasus dan kondisi pasien usai pemeriksaan.
“10 persen dari nyeri leher itu diakibatkan dari saraf kejepit, 90 persennya dari banyak macam-macam. Masalahnya 10 persen dari saraf kejepit itu butuh tindakan. Namanya saraf kejepit obatnya adalah melepas jepitan bukan dengan obat, akupuntur, atau pijet, sebenernya itu kurang tepat,” kata dr Mahdian.
Salah satu tindakan yang saat ini memberikan hasil pembedahan lebih baik dan lebih cepat sembuh ialah Percutaneous Endoscopic Cervical Discectomy (PECD). “Sayatan hanya 4 mm, biusnya juga lokal saja. Waktu operasi pasien juga menjadi lebih singkat, pemulihan cepatan, kerusakan jaringan lebih minimal.”
Menurut literatur, keberhasilan PECD berkisar di atas 87 persen, sementara kata dr Mahdian saat ini di Lamina Pain and Spine Center kesuksesan hasil mencapai 90 persen lebih, meskipun ada beberapa kasus yang memperlukan pengulangan.
BERBAGAI PENYEBAB NYERI LEHER
Dalam masyarakat kita penyebab nyeri leher diyakini bisa sangat beragam. Mulai dari ‘ salah bantal’ atau kondisi yang muncul ketika kepala tidak ditopang dengan semestinya dengan bantal saat tidur.
Cedera akibat kebiasaan menggeretekkan leher di tukang cukur dan saat merasa tidak nyaman, kaku. Kondisi ini biasanya jadi kecanduan yang akhirnya menimbulkan cedera di dalam leher.
Penggunaan helm yang besarnya dan beratnya tidak proporsional. Orang Indonesia cenderung lebih banyak yang jadi pengguna motor. Mau tak mau penggunaan helm pun jadi keharusan. Sayangnya ada beberapa orang yang tak bijak atau kurang mendapat informasi tentang penggunaan helm yang tepat.
Satu lagi yang bisa dikatakan kebiasaan khas masyarakat urban adalah penggunaaan ponsel sambil tiduran. Baik tidur dengan telentang atau tengkurap kedua-duanya akan menambah beban pada leher saat terus menerus melihat ke ponsel. Belum lagi cahaya berkedip dari ponsel bisa membuat mata semakin lelah dan kekakuan di kepala. Depresi dan kecemasan juga jadi penyumbang besar penyebab sakit kepala.
SEBAB-SEBAB LAIN NYERI LEHER
Nyeri leher adalah kondisi yang sangat umum terjadi. Menurut sebuah literatur tahun 2008, antara 30-50 persen populasi orang dewasa pernah mengalaminya dalam waktu satu tahun. Antara 2-12 persen dari populasi bahkan mengalami nyeri leher yang sangat berat hingga membatasi gerakan dan aktivitas mereka.
“Banyak pengidap mengatakan ‘saya tak tahu sebabnya, sepertinya nyeri leher ini muncul tiba-tiba begitu saja,” kata Judy Chapeha terapis fisik ortopedik dan profesor di University of Alberta seperti dikutip dari laman Global News. Padahal menurut Chapeha jika ditelurusi selalu ada penyebab nyeri leher.
Mulai dari hentakan akibat kecelakaan kendaraan bermotor, gerakan leher tiba-tiba saat olah raga dan seperti di Indonesia usai memangkas rambut di barber shop, atau bahkan kejadian sederhana tapi melibatkan gerak leher yang keras dan tiba-tiba. “Semua itu biasanya akan berujung pada trauma dan nyeri,” kata Chapeha.
Penyebab lain dari nyeri leher adalah kekakuan, postur yang buruk dan beberapa masalah tak spesifik lain. Ada kalanya akibat ketegangan yang terus berulang. Seperti mengangkat beban dari posisi berdiri hingga duduk di depan komputer untuk jangka waktu lama, apalagi dengan penggunaan kursi yang tak ergonomis.
JANGAN SAMA SEKALI BERHENTI BERGERAK
Sejumlah pasien yang mengalami nyeri leher saja dan kadang-kadang menyebar hingga ke sakit kepala dan kekakuan. Menurut Pierre Cote, ahli epiemiologis dari Canada Research Chair di Ontario Tech University, penyebab lain yang kadang menyebabkan nyeri adalah : pikiran Anda sendiri. Namun apapun sebabnya, pasien ada baiknya tidak sama sekali menghentikan aktivitas sama sekali.
Chepeha dan Cote sama-sama sepakat bahwa Anda tidak menghentikan gerakan leher sama sekali meski sedang merasakan nyeri. “Menghentikan leher dari bergerak ketika Anda menderita sakit leher mungkin adalah salah satu hal terburuk yang dapat Anda lakukan,” kata Cote.
Sebelum tahun 1990-an, dokter sering menggunakan penahan leher pasien yang mengalami nyeri karena gerakan menyentak. “Ini adalah intervensi sekarang yang sama sekali tidak direkomendasikan untuk pasien dengan nyeri leher yang umum,” katanya, “Bahkan mungkin hal ini lebih banyak ruginya.”
Sendi leher dapat menegang, yang dapat membuat rasa sakit semakin buruk, dan menjadi tidak bergerak sama sekali juga hanya memperkuat secara psikologis bahwa ada sesuatu yang salah, yang lagi-lagi membuatnya semakin buruk.
Chepeha merekomendasikan Anda untuk meregangkan leher secara teratur. “Jika Anda memiliki leher yang sakit, tentu saja jangan menekan rasa sakit, tetapi bekerja dalam pola gerakan nyaman bagi Anda,” katanya. ” Jika gerakan mendekatkan telinga ke bahu terasa sakit, jangan lakukan, tetapi gerakkan dalam rentang gerak yang bebas rasa sakit.”
“Obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas seperti ibuprofen atau acetaminophen biasanya tidak bekerja dengan baik untuk meredakan nyeri leher,” kata Cote. Demikian pula dengan kompres panas dan dingin.
Tetapi jika nyeri masih berlangsung selama 4-5hari tanpa menjadi lebih baik, atau tidak hilang setelah beberapa minggu, ia merekomendasikan untuk menghubungi seorang profesional medis. Intinya jangan sepelekan masalah nyeri leher sekecil apapun gangguannya.
Apalagi jika nyeri leher kemudian diikuti dengan rasa kebas, penurunan berat badan, demam dan dan kedinginan, sakit kepala hebat, sangat mungkin ada kondisi serius menyertainya.
Seorang dokter mungkin merekomendasikan perawatan seperti fisioterapi untuk meregangkan, olahraga atau memanipulasi leher. Namun secara umum, katanya, Anda harus berusaha untuk tidak khawatir. (***)