Obesitas tak hanya memiliki dampak yang berbahaya fisik, misalnya pengapuran pada tulang atau nyeri tulang belakang. Selain itu, obesitas juga dapat memengaruhi otak dan menyebabkan gangguan kognitif, sehingga seseorang akan lebih sulit untuk mengatasinya. Bagaimana obesitas bisa mempengaruhi otak?
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks, akibat berbagai faktor risiko. Tidak hanya pola makan namun juga lingkungan. Respon otak pada pola konsumsi makanan/minuman yang manis dan tinggi lemak juga berperan dalam membentuk kebiasaan yang tidak sehat sejak individu mengalami kondisi berat badan berlebih. Namun, saat mengalami berat badan berlebih, kebiasaan tersebut cenderung lebih sulit untuk hilang dan dapat menimbulkan kerusakan pada otak.
Gangguan pada otak akibat obesitas
Gangguan pertama pada otak karena ketidakseimbangan hormon ghrelin dan leptin. Obesitas, disertai dengan kebiasaan mengonsumsi yang tidak sehat, membuat tubuh melakukan sekresi hormon leptin yang berlebih. Akibatnya, tubuh cenderung merasa lapar lebih lama karena otak tidak merespon hormon ghrelin yang memberi sinyal rasa kenyang. Tingginya kadar hormon leptin juga bisa menyebabkan individu makan lebih banyak karena tidak kurang menikmati rasa makanan, dan akhirnya memicu berat badan berlebih yang tidak sehat ini.
Selanjutnya, kondisi lemak yang berlebihan ini akan merusak berbagai saraf pada otak, bahkan mengubah struktur otak pada bagian depan. Saat tubuh memiliki lemak yang terlalu banyak, pelindung saraf otak akan cenderung mengalami kerusakan sedikit demi sedikit. Saraf tersebut kehilangan pelindung mengakibatkan akan lebih sulit menyampaikan impuls dari berbagai bagian tubuh dan otak, dan akibatnya otak tidak bisa memproses berbagai respon dari tubuh secara optimal. Terdapat sebuah penelitian yang menyatakan, kerusakan saraf otak yang akibat berta badan berlebih ini cenderung terjadi pada bagian depan otak. Kondisi ini merupakan penyebab utama penurunan fungsi kognitif otak pada seseorang yang obesitas.
Dampak obesitas terhadap fungsi otak
Berikut beberapa gangguan kognitif pada seseorang dengan obesitas:
1. Ketagihan makanan dan minuman
Rasa ketagihan adalah suatu kejadian yang sangat erat dengan fungsi otak dalam memberikan perintah untuk melakukan suatu kegiatan berulang. Kondisi ketagihan ini akan menjadi lebih buruk jika individu mengalami obesitas.
2. Memicu perilaku impulsif
Perilaku impulsif merupakan perilaku yang cenderung ‘tidak sabaran’ atau tidak berpikir panjang. Hal ini bisa berkaitan sebagai tanda utama bahwa seseorang kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih. Orbifrontal cortex merupakan bagian otak yang mengatur berbagai perilaku seseorang, namun ahli neurologis menemukan bagian tersebut cenderung lebih kecil dari ukuran normal pada anak yang mengalami obesitas daripada anak dengan berat badan yang ideal.
3. Meningkatkan risiko demensia
Inflamasi pada otak merupakan kerusakan yang cukup parah, bahkan memicu demensia, atau “pikun”. Otak sebagai penyeimbang perkembangan tubuh akan lebih cepat mengalami kerusakan jika tubuh mengalami penimbunan lemak pada bagian tertentu. Kondisi perut buncit membuat berbagai hormon tidak stabil dan otak mengalami beban kerja yang sangat berat untuk menyeimbangkannya. Akibatnya, terjadi berbagai kerusakan sel otak sehingga ukuran otak menjadi lebih kecil dan memicu penurunan berbagai fungsi kognitif salah satunya adalah demensia.
Menerapkan pola gaya huidup sehat dan menurunkan berat badan agar menjadi berat badan ideal perlu dilakukan untuk menghindari berbagai risiko masalah kesehatan.