Jakarta – Permainan atau games secara online sangat digemari oleh segala usia, baik laki-laki dan perempuan. Bahkan para eksekutif muda pun tak luput dari godaan besar untuk ikut berpartisipasi. Tidak jarang pula mereka bermain secara bersamaan dan dalam waktu yang tidak singkat pula. Ini mendorong ICD 10 membuat klasifikasi sindrom klinis akibat permainan, termasuk carpal tunnel syndrome atau CTS.
Kebiasaan ngegame dapat mempengaruhi masalah kesehatan tertentu akibat perilaku bermain yang tidak mengenal waktu.
Masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku gamer ini juga mencakup aspek kesehatan lainnya, seperti aktivitas fisik yang tidak mencukupi, pola makan yang tidak sehat, masalah penglihatan atau pendengaran, masalah muskuloskeletal, kurang tidur, perubahan perilaku (agresif dan depresi), dan fungsi psikososial.
Bahkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), gangguan kesehatan yang disebabkan oleh permainan, baik online maupun offline, telah masuk dalam edisi ke-10 International Classification of Diseases (ICD-10) sebagai sindrom klinis akibat adanya pola perilaku dan intensitas permainan sehingga menyebabkan beban nyata atau gangguan signifikan dalam fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan atau pekerjaan.
Pertama kalinya, adiksi (atau kecanduan) terhadap permainan virtual klasifikasi oleh WHO sebagai perilaku adiktif.
Gamer dan ICD 10 CTS
Salah satu dampak bermain dalam waktu yang cukup lama yang disampaikan ICD 10 adalah rasa nyeri pada tangan dan pergelangannya atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Carpal tunnel syndrome atau mudahnya saraf tangan terjepit ini bisa menjadi penyakit yang cukup menghantui para gamer.
Tanda kondisi ini dengan membengkaknya tendon pada tangan akibat penggunaan berulang secara berlebihan atau juga bisa oleh buruknya ergonomi pergelangan tangan (memposisikan pergelangan tangan pada suatu posisi yang tidak biasa dalam waktu yang lama) saat ‘tenggelam’ di permainan ini.
Carpal tunnel atau terowongan karpal sendiri merupakan ruang terbuka di dalam pergelangan tangan yang dikelilingi oleh tulang dan ligamen tempat saraf median berjalan.
Saraf median ini bercabang dari bahu ke bawah (ke lengan kanan dan kiri) dan berfungsi mengendalikan gerakan dan sensasi kelima jari tangan.
Menurut salah satu ahli bedah ortopedi di Amerika Serikat, Dr. Dana Tarandy, sebagian besar awalnya mereka mengeluhkan mati rasa dan kesemutan, yang terasa di ibu jari, telunjuk, dan tengah. Namun terkadang, keluhan itu sampai ke jari manis karena adanya persarafan ganda dengan saraf lain (saraf ulnaris).
“Rasa sakit juga bisa menjadi hebat, seperti terbakar, sehingga otot menjadi lemah bila kondisi saraf tangan kejepit ini sudah berlangsung lama dan tidak teratasi dengan baik.”
Rerata gejala tersebut dapat berlanjut hingga malam hari dan kekuatan untuk menggenggam pun menurun. Dalam kasus yang parah, penderita dapat kehilangan massa dan kekuatan ototnya, hingga berisiko tidak dapat membedakan antara panas dan dingin.
Aktivitas ringan lainnya pun, seperti menulis, mengetik yang membutuhkan kerja bareng secara halus (kontrol dan koordinasi) antara jari tangan, juga mengalami kesulitan.
Saraf tangan terjepit ini merupakan salah satu dari 3 jenis penyakit yang paling sering timbul pada ekstremitas atas. Yang lainnya adalah tendosinovitis (trigger finger dan sindrom De Quervan); dan epikondilitis (20%).
Penanganan CTS Berdasarkan ICD 10
Ada beberapa pilihan untuk menangani saraf kejepit di tangan ini, yaitu bedah dan nonbedah.
Metode nonbedah efektif pada pasien dengan CTS ringan hingga sedang. Bisa juga pada pasien tanpa kelemahan (atrofi) otot, tidak adanya denervasi (dengan jarum elektromiografi), dan gangguan konduksi saraf yang ringan.
Baca juga : Pekerjaan yang rentan alami carpal tunnel syndrome
Ibu hamil dengan CTS jarang memerlukan perawatan bedah. Pada sebagian besar, dapat sembuh secara spontan.
Berbagai metode nonbedah meliputi: penggunaan korset/brace, terapi ultrasonik, laser, pemberian obat oral, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), vitamin B6 oral, injeksi kortikosteroid lokal, dll.
Manfaat jangka pendek dapat dengan penggunaan steroid oral, bebat pergelangan tangan, terapi ultrasound lokal, yoga, dan mobilisasi tulang karpal.
Untuk CTS sedang hingga berat, dapat dapat dilakukannya tindakan bedah untuk mengurangi tekanan pada saraf median.
Prognosis CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, namun risiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat kembali lakukan.
Penyebab Hingga Pencegahan CTS Berdasarkan ICD 10
Kondisi ini kemungkinan oleh sejumlah posisi yang terjadi dalam waktu lama dan berulang.
Misalnya saat menekan tombol “tembak” pada pengontrol game dengan ibu jari yang terus menerus dan berulang. Setelah berjam-jam kemudian, pangkal ibu jari dapat membengkak. Bila berlangsung dalam waktu lama, kondisi ini akan menjepit saraf median di pergelangan tangan.
Atau menahan posisi tangan pada sudut yang ‘tidak biasa’ di atas keyboard untuk menekan tombol gerakan saat memainkan permainan serupa.
Pergelangan tangan bisa membengkak dan kemudian menjepit saraf median. Strategi terbaik untuk para gamer agar terhindar dari CTS, adalah:
- Sering beristirahat
- Melakukan peregangan
- Perhatikan postur tubuh, seperti punggung tegak, telapak kaki menapak di lantai
- Kompres pergelangan tangan dengan es selama 10-15 menit setiap satu jam
- Perhatikan posisi tidur, menjaga pergelangan tangan tidak menekuk
Dampak Bermain Games yang Lainnya
Ternyata tidak hanya CTS yang mengincar para gamer. Masalah kesehatan di bawah ini juga bisa dialami mereka, antara lain:
- Nyeri punggung
- Nyeri leher
- Kenaikan berat badan (akibat duduk lama terus menerus)
- Ketegangan/gangguan pada penglihatan/mata
- Sakit kepala/pusing
Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa menghubungi care line officer Lamina Pain and Spine Center melalui Hp/WA di kontak kami. Terimakasih.