Arthritis adalah istilah umum yang berarti radang pada sendi. Radang sendi ditandai dengan kemerahan, rasa hangat, bengkak, dan nyeri di dalam sendi dalam dunia kedokteran dikenal sebagai arthritis.
Salah satu jenis radang pada sendi kronis yang biasanya terjadi pada kedua sisi tubuh seperti tangan, pergelangan tangan dan lutut adalah Rheumatoid arthritis (RA). Kesimetrian ini selanjutnya membantu dokter membedakan rheumatoid arthritis dari jenis arthritis atau radang sendi yang lain. Selain mempengaruhi sendi, RA sesekali dapat mempengaruhi kulit, mata, paru-paru, jantung, darah, bahkan saraf.
Gejala Radang Sendi Rheumatoid Arthritis
Setidaknya terdapat beberapa gejala dari rheumatoid arthritis yang meliputi: nyeri pada sendi dan disertai pembengkakan, kekakuan terutama pada pagi hari atau setelah duduk untuk waktu yang lama dan kelelahan.
Rheumatoid arthritis berbeda-beda pengaruhnya pada masing-masing orang. Pada beberapa orang, gejala sendi berkembang secara bertahap selama beberapa tahun. Sedangkan pada beberapa yang lain, rheumatoid arthritis dapat berkembang dengan cepat.
Dikatakan oleh Prof Dr Darto Satoto SpAn(K), dari Lamina Pain and Spine Center, rheumatoid arthritis adalah penyakit auto imun yang mempengaruhi sekitar 1% populasi di Amerika Serikat. Penyakit ini dua sampai tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Namun pada pria yang terkena penyakit ini, cenderung lebih parah. Radang sendi rheumatoid arthritis biasanya terjadi pada usia pertengahan, dan mereka usia lanjut.
Sampai saat ini penyebab dari rheumatoid arthritis, belum diketahui secara pasti, tetapi diduga penyakit ini disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, dan hormonal. Pada rheumatoid arthritis, ada suatu hal yang memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sendi dan kadang-kadang organ lainnya. Beberapa teori menyarankan bahwa ada virus atau bakteri yang mungkin mengubah sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan sistem kekebalan tersebut menyerang sendi.
Patofisiologi Rheumatoid Arthritis
Setelah sistem kekebalan tubuh dipicu, sel-sel kekebalan melakukan migrasi dari darah ke dalam sendi dan sendi-lapisan jaringan, disebut sinovium. Di tempat tersebut, sel-sel kekebalan tubuh menghasilkan zat inflamasi yang menyebabkan iritasi, mengikis tulang rawan (bahan bantalan pada bagian akhir tulang), serta pembengkakan dan peradangan pada lapisan sendi. Seiring tulang rawan terkikis, ruang antara tulang-tulang menyempit. “Jika kondisi tersebut memburuk, maka tulang bisa bergesekan satu dengan yang lain. Hal tersebut menyebabkan sendi menjadi bengkak, sakit dan terasa hangat saat disentuh,” jelasnya.